Terbaru

LightBlog

Friday, October 27, 2017

Makalah teknologi Organisasi

PEMBAHASAN
TEKNOLOGI ORGANISASI

A.           Pengertian Teknologi Organisasi
Teknologi adalah sekelompok proses dan sistem yang digunakan oleh organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi produk atau jasa. Teknologi yang dimaksud oleh para ahli organisasi tidak sama dengan pengertian umum teknologi yang kita ketahui. Yang kita ketahui teknologi itu dalam konteks yang sangat spesifik, misalnya, mesin-mesin pabrik, alat-alat elektronik dalam rumah tangga, sarana-sarana transportasi modren seperti mobil, kapal, kereta api, dan lainnya. Atau seperti komputer, stelit, dan lain sebaginya.
Para ahli organisasi justru sebaliknya, para ahli biasanya menggunakan teknologi secara umum. Apa pun sarana dan prangkat yang diperlukan organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, maka hal tersebut dapat dikategorikan teknologi organisasi. Jadi walaupun suatu organisasi tidak menggunakan peralatan canggih dalam memproses input-output yang diinginkan tetap dikatakan teknologi. Misalnya, di kantor kelurahan terdapat mesin ketik, telepon, speda motor dinas, stempel dan alat-alat tulis, maka bagi para ahli itu termasuk kedalam teknologi.[1]
Menurut Perrow, teknologi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan, alat-alat, tehnik dan kegiatan, yang digunakan untuk mengubah input menjadi output. Dan Robbins (1994:194) menyatakan, teknologi merujuk pada informasi, peralatan, teknik, dan proses yang dibutuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Teknologi merujuk pada informasi, peralatan, teknik dan proses yang dibutuhkan untuk mengubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Artinya teknologi melihat bagaimana masukan diubah menjadi pengeluaran. Konsep teknologi yaitu walaupun mempunyai konotasi mekanik atau atau manufaktur, dapat diaplikasikan pada semua jenis organisasi.[2]
Secara umum teknologi dalam organisasi dapat dibedakan menjadi tiga unsur (Hatch: 1997: 128).
a.       Benda-benda atau objek-objek fisik yang meliputi bahan-bahan, peralatan dan sarana-sarana yang diperlukan untuk melakukan produksi.
b.      Aktivitas atau proses yang digunakan sebagai metode produksi.
c.       Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengoprasikan peralatan sarana produksi, atau metode khusus yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu.
Teknologi juga terkait cara bagaimana sebuah produk dari sebuah organisasi bisnis yang dihasilkan atau cara bagaimana pekerjaan dapat dilakukan.[3] Jadi dapat dipahami bahwa rumusan teknologi yang dimaksud dalam teori organisasi tidak hanya menyangkut alat-alat. Hal ini juga mencakup berbagai aktivitas dan pengetahuan atau ketrampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut.
B.            Jenis-Jenis Teknologi Organisasi
a.             Teknologi Manufaktur
Beragam bentuk teknologi manufaktur digunakan dalam organisasi. Woodward menemukan tiga bentuk teknologi yaitu: bath kecil, bath besar atau produksi massal, dan proses kontiniu.[4] Tiap bentuk teknologi dianggap terkait dengan tipe struktur organisasi tertentu. Dua bentuk teknologi terbaru adalah otomasi dan manufaktur dengan bantuan komputer.
Otomasi adalah proses perancanagn pekerjaan sedemikian rupa sehingga pekerjaan dapat seluruhnya atau hampir seluruhnya dilakukan oleh mesin. Karena mesin otomatis dapat beroprasi dengan cepat dan membuat sedikit kesalahan, maka otomasi meningkatkan volume output. Jadi otomasi membantu meningkatkan kualitas produk dan jasa, serta menumbuhkan inovasi. Otomasi adalah langkah terkini dalam perkembangan mesin dan peralatan yang dikendalikan oleh mesin.
Otomasi bergantung pada umpan balik, informasi, sensor dan mekanisme pengendalian. Umpan balik adalah aliran informasi dari mesin kembali ke sensor. Sensor adalah bagian dari sistem yang mengumpulkan informasi dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan. Mekanisme pengendalian adalah perangkat yang mengirimkan instruksi ke mesin otomatis.
Dampak otomasi terhadap manusia ditempat kerja bisa dikatakan kopleks. Dalam jangka pendek, orang-orang yang pekerjaannya diotomasikan bisa kehilangan pekerjaan. Namun dalam jangka panjang, lebih banyak pekerjaan yang tercipta dibanding yang hilang. meskipun demikan, tidak semua perusahaan mampu membantu para pekerja yang kehilangan pekerjaannya menemukan pekerjaan baru karena biayanya kadang-kadang tinggi.
Dalam industri batubara misalnya, otomosi umumnya digunakan dalam penambangan. Jiaka output pernambangan telah meningkat secara dramatis dan permintaan akan batubara telah menurun dan peningkatan produktifitas yang ditimbulkan oleh otomasi telah mengurangi kebutuhan akan penambang. Konsekuensinya banyak pekerja kehilangan pekerjaan dan industri batubara tidak dapat menyerap mereka. Dan sebaliknya, dalam industri elektronik, kenaikan permintaan akan produk-produk elektronik telah menaikan lapangan kerja meskipun otomasi dipakai secara luas di industri lain.[5]
Manufaktur dengan bantuan komputer adalah teknologi yang mengandalkan komputer untuk merancang atau menciptakan produk. Dalam manufaktur ada yang dikenal dengan flexibel manufacturing syatems (FMS) merupakan bentuk-bentuk sistem pengangkutan yang dikendalikan komputer lain untuk memindahkan bahan baku dari satu bagian sistem ke bagian yang lain, misalnya di perusahaan Ford Motor Company yang mengguankan FMS untuk mengubah suatu pabrik. Jika perusahaan tersebut mengubah pabrik tersebut maka perusahaan itu bisa menggunakan pabrik yang ada dan melakukan produksi secara kontiniu sementara peralatan baru dipasang dan para pekerja dilatih ulang dalam group-group kecil. [6]
b.             Teknologi Jasa
Teknologi jasa juga berkembang dengan capat, dan teknologi ini juga bergerak ke arah sistem dan prosedur yang semakin otomatis. Misalnya, dalam industri perbankan yang mempermudah pemindahan dana antarrekening atau antarbank yang berbeda dan lain sebagainya, hotel juga mengguankan teknologi yang semakin canggih untuk meneriam dan mereservasi kamar, universitas dan rumah sakit. Karena semakin besarnya peranan organisasi jasa dalam perekonomian saat ini, akan semakin banyak juga inovasi teknologi yang akan muncul.[7]


C.           Tipologi Teknologi Organisasi
Ada berbagai cara pembagian teknologi dalam organisasi atau tipologi teknologi, yang telah dikemukakan para ahli organisasi yaitu tipologi Joan Woodward, Charles Perrow, dan James Thompson.
a.             Tipologi Woorwward
Woordward adalah ahli organisasi pertama yang melihat pengaruh teknologi terhadap organisasi. Woordward mengelompokan sampel organisasinya tiga tipa setelah gagal pada penelitian yang dilakukannya di salah satu perusahaan manufaktur di Inggris. Ketiga tipe yang dikelompokan oleh Woordward yaitu (unit, masa, dan proses). Dari pengelompokan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas ditentukan bukan hanya oleh struktur, melainkan oleh kesesuian struktur dan teknologi. Adapun hasil penelitian Wordward [8]yaitu:
Karakteristik Struktural
Produksi Unit
Produksi Massa
Produksi Proses
Jenis level vertikal
3
4
6
Total pekerja
1:23
1:16
1:8
Tenaga kerja ahli
Tinggi
Rendah
Tinggi
Formalitas
Rendah
Tinggi
Rendah

Kategori yang dibuat oleh Woordward menggambarkan tingkat kompleksitas teknologi, dimana teknologi produksi unit adalah teknologi yang paling sederhana sementara teknologi produksi proses adalah yang paling rumit. Contoh dari tipe tersebut misalnya, produksi unit, seperti perusahaan yang membuat produk secara tunggal. Contoh penjahit pakaian, produksi masa, seperti perusahaan yang membuat produk dalam jumlah besar atau massal. Contohny perusahaan pembuat televisi, mobil, minuman kaleng dan sebagainya, produksi proses, seperti perusahaan yang membuat produk dengan teknik produksi secara bertahap. Contohnya industri penyulingan minyak, dan industri bahan kimia.
b.             Tipologi Perrow
Untuk menganalisis teknologi dalam organisasi secara lebih umum, kita membutuhkan perluasan definisi teknologi agar mencakup organisasi-organisasi pelayanan. Dengan perkataan lain, konsep teknologi produksi sebagaimana yang dipergunakan Woordward perlu diperluas, yaitu mencakup hal-hal di luar teknik produksi. Dengan demikian, konsep teknologi dapat diperlakukan juga pada organisasi pelayanan hal ini dapat di sebut teknologi pengetahuan.[9]
Perrow lebih memperhatikan teknologi pengetahuan. Perrow mendefinisikan teknologi sebagai “tindakan yang dilakukan seorang individu terhadap sebuah objek, dengan atau tanpa bantuan alat atau perlengkapan mekanis, untuk membuat perubahan tertentu pada objek tersebut”.[10]
Perrow melihat ada dua dimensi disini. Pertama, apakah tugas-tugas yang dilakukan membutuhkan banyak pengecualian atau sesuatu yang rutin. Dimensi ini disebut variabilitas tugas-tugas (taks variability). Kedua, apakah tugas-tugas itu mudah dianalisis atau tidak. Ada kadang tugas yang terdefinisi dengan baik sehingga mudah untuk dianalisis, tetapi ada pula tugas yang sulit didefinisikan (ill-defined). Perrow menyebutnya sebagai dimensi keteanalisisan masalah (problem analyzability).
Kita dapat membayangkan kedua dimensi teknologi Perrow ini dapat diberlakukan pada organisasi manufaktur maupun pelayanan. Pada organisasi pelayanan, kita dapat membedakan adanya organisasi-organisasipelayanan yang memiliki tugas- tugas yang beraneka ragam dan berubah-ubah variasinya (misalnya, pelayanan-pelayanan medis di rumah sakit), ada pula yang rutin (misalnya, birokrasi perizinan, kasir bank dan lainnya). Demikian pula dalam keteranalisisan masalah, ada jasa-jasa pelayanan yang masalahnya terdefenisi dengan baik (misalnya, akuntan pajak, biro hukum, dan lainnya), ada pula yang terdefinisi dengan baik (misalnya, jasa periklanan, konsultan, dan lainnya).
Berdasarkan karakteristik tugas-tugas tersebut, maka dalam tipologi menurut Perrow  ada empat macam teknologi, yaitu teknologi kerajinan (craft technologies), teknologi rekayasa (engineering technologies), teknologi rutin (routine technologies), dan teknologi non-rutin (nonroutine technologies).
c.              Tipologi Thompson
Kedua ahli terdahulu menekankan pengaruh teknologi terhadap struktur, bahwa teknologi menentukan struktur tertentu dalam organisasi, atau disebut juga pemikiran imperatif teknologi. Thompson tidak mengikuti alur pemikiran semacam ini. Ia lebih menekankan pada tingkat ketidakpastian yang disebabkan oleh teknologi. Tingkat ketidak pastian ini mengharuskan pengambilan keputusan memiliki strategi tertentu dan pengaturan struktural tertentu pula untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. Ada tiga konstribusi utama terhadap literatur teknologi struktur diberikan oleh James Thompson.[11] Ia membedakan ada tiga tipe teknologi yaitu:
1.         Long-linked technology (teknologi rantai panjang)









Oval: A
Oval: B
Oval: C
Oval: D


Input                                                                                   Output

            Berdasarkan gambar diatas yang meruapakan proses teknologi rantai panjang yang menunjukan bahwa tugas-tugas dalam organisasi harus dilakukan secara berurutan. Setelah input-input telah dikerjakan oleh bagian A maka di lanjut prosesnya oleh bagin B, kemudian hasil dari B di operasikan oleh bagian C, demikian seterusnya sampai akhirnya diperoleh output yang diinginkan.
2.         Mediating technology (teknologi mediasi)








Oval: Transfornation process









Berdasarkan gambar diatas yang merupakan proses teknologi mediasi yang menunjukan tugasnya yaitu mempertemukan dua unsur atau kelompok yang terpisah. Kebutuhan klien A dipertemukan dengan kebutuhan Klien B, sehingga kedua belah pihak memperoleh kepuasan.
3.         Intensive technology (teknologi intensif)

Oval: Transformasi Process
Resorces
A
B
C
D
                                           Inputs

Output


                                               
Feedback


Berdasrkan gambar diatas yang merupakan proses teknologi intensif yang menunjukan tugasnya yaitu sejumlah sumber daya harus dikombinasikan, dan adanya umpan balik (feedback) dan saling berkoordinasi antara pelaksan dengan sumber day tersebut  untuk menghasilkan suatu output. Misalnya pada rumah sakit untuk menangani seorang pasien gawat darurat, rumah sakit sekaligus membutuhkan serangkaian produkdan jasa yang berbeda, mulai dari rontgen, laboratorium dan sebagainnya.
D.           Teknologi dan Struktur Organisasi
Menurut Robbins (1990:194) pola hubungan yang lengkap antara teknologi dan struktur dapat dilihat dari gambar di bawah ini.[12]








Rounded Rectangle: Industri













Jadi pola hubungannya yang pertama-tama jenis industri memengaruhi teknologi. Di sini kita bisa membedakan antara antara industri manufaktur dan jasa, walaupun perincian yang lebih detail pada masing-masing kelompok. Jenis industri biasanya membatasi pilihan-pilihan teknologi yang digunakan oleh suatu organisasi. Selanjutnya, teknologi dan ukuran organisasi saling memengaruhi. Teknologi yang kompleks biasanya hanya dimungkinkan apabila organisasi mencapai ukuran tertentu. Hubungan antara teknologi dan ukuran organisasi menjadi timbal balik. Karena, penggunaan teknologi biasanya membutuhkan ukuran organisasi yang lebih besar agar ekonomis. Dari hubungan timbal balik antara teknologi dan ukuran organisasi inilah diperoleh suatu keterkaitan dengan struktur organisasi.
Hubungan teknologi dan struktur organisasi dapat ditinjau dari tiga dimensi struktur: kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi. Meskipun semua klasifikasi telah disebutkan sebelumnya.
Teknologi dan Kompleksitas, meskipun bukti kurang meyakinkan, menunjukan bahwa teknologi rutin positif berhubungan dengan kopleksitas yang rendah. Makin besar rutinitad, maka makin sedikt jumlah kelompok pemegang jabatan (pekerjaan) dan makin sedikit pelatihan yang didapat para profesional[13] atau makin sedikt dibutuhkan keahlian profesional di dalamnya. Hubungan tersebut akan lebih mungkin berlaku bagi aktivitas struktural di dalam seperti proporsi pegawai bagian pemeliharaan dan rentang kendali para supervisor tingkat pertama.
Yang sebaliknya pun berlaku, artinya, teknologi nonrutin kemungkinan membawa kompleksitas yang tinggi. Sedangkan pekerjaan itu menjadi lebih canggih dan lebih disesuaikan dengan keinginan, rentang kendali akan menyempit dan diverensiasi vertikal meningkat.[14] Hal ini tentunya secara intuitif adalah logis. Tanggapan yang disesuaikan dengan permintaan akan meminta pengguna yang lebih besar dari para spesialis, dan menejer membutuhkan sebuah rentang kendali yang lebih kecil, yang tidak diprogramkan.
Teknologi dan Formalisasi, berbagai penelitian menunjukan bahwa teknologi rutin berkorelasi positif dengan formalisasi. Namun, bila dikontrol dengan ukuran organisasi, maka korelasi tersebut biasanya hilang. Teknologi rutin berkaitan erat dengan adanya manual peraturan, job desctiption dan derajat spesifikasi dari job deskription tersebut. Sebaliknya pada teknologi non-rutin lebih dibutuhkan ruang dan fleksibelitas, sehingga tingkat formalisasi biasanya rendah.[15]
Teknologi dan Sentralisasi, hubungan teknologi sentralisasi membuahkan hasil yang tidak konsisten. Argumentasi yang adalah bahwa teknologi rutin akan dihubungkan dengan struktur yang didesntralisasi, sedangkan teknologi non-rutin membutuhkan lebih banyak pengetahuan spesialis sehingga keputusan-keputusan perlu lebih banyak didesentralisasikan atau didelegasikan. Posisi tersebut cukup mendapat dukungan.[16]



E.            Peran Administrasi Dalam Merumuskan Teknologi Organisasi.
Pengaruh perspektif pad ketiga tipologi teknologi teknologi yang dijelaskan tersebut sangat ketara. Teknologi dipandang terutama dari segi efesien dan efektivitas organisasi, sebagaimana umumnya garis pemikiran modernis. Akan tetapi seorang administrasi atau pengelola organisasi perlu meperluas horizon pemikirannya, khususnya dengan perkembangan teknologi-teknologi yang canggih saat ini.
Ada beberapa elemen yang bertujuan melihat teknologi dalam sudut pandang yang lebih luas. hal ini penting bagi level pengambil keputusan dalam organisasi yang bertugas merumuskan teknologi organisasi. Diantaranya sebagai berikut:
a.             Nilai Sosio-Kultural dan Kekuasaan dalam Teknologi
Pemilihan teknologi dalam perspektif modern tidak lain adalah masalah pertimbangan dan raisonal belaka. Suatu teknologi dipilih dan dipergunakan organisasi, semata-mata adalah karena melihat efektivitas dan efisiensi yang dihasilkannya terhadap pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi.
Menurut pandangan ini bahwa pemilihan teknologi pada dasarnya tidak terlepas dari konteks sosial-budaya yang melingkupi pengambilan keputusan itu sendiri. Jadi menurut mereka, selain pertimbangan teknis dan ekonomis, terdapat pula norma-norma sosial, nilai-nilai budaya dan faktor kekuasaan yang semuanya bisa memengaruhi pemilihan teknologi dalam organisasi. Contohnya suatu penelitian mengenai ban udara buatan dunlop, Hatch (1997:153)[17]
Karakteristik Teknologi Baru
Karl weick menjelaskan bahwa teknologi-teknologi baru memiliki ciri-ciri yang berbeda dibandingkan teknologi pada masa sebelumnya. Konsep kompleksitas teknis Wordward dan konsep teknologi non-rutin Perrow tidak memada lagi untuk menjelaskan teknologi-teknologi baru tersebut.[18] Menurut Weick, teknologi baru dicirikan oleh sifatnya yang stochastic (teknologi yang bekerja secara non-determinan, artinya peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan cenderung tidak bisa diantisipasi, tidak terulang dan lebih kurang bersifat acak), Continous (dimana teknologi bersifat otomatis artinya dalam sistem ini, efisiensi diatur sendiri oleh mesin sedangkan petugas hanya berfungsi mengontrol), Abstract (paada teknologi ini seorang pekerja bekerja lewat simbol ketimbang proses aktual).
Kontrol dan Teknologi Informasi
Sejarah memperlihatkan bahwa perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak yang sangat signifikan terhadap sejumlah konsep dan teori organisasi. Teknologi informasi dan komunikasi dianggap telah menyebabkan terjadiny pergeseran sejumlah paradigma secara signifikan dalam praktek berorganisasi.[19]Peffer mengatakan “diperkenalkannya teknologi informasi memiliki sisi negatife” karena dapat memungkinkan pengelola organisasi untuk berpura-pura melakukan desentralisasi sembari mempertahankan kontrol yang bersifat sentralis.
Jadi Mengenai peran administrasi dalam perumusan teknologi organisasi perlu dipertimbangkan aspek-aspek barau dalam berbagai tipe teknologi canggih yang berkembang saat ini. Selain memahami hubungan teknologi dan struktur dampaknya terhadap kinerja organisasi, seorang administrator perlu mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya dan kekuasaan dalam teknologi: karakteristik teknologi baru, dan pengaruh teknologi terhadap kontrol dan organisasi.[20]

KESIMPULAN

Teknologi adalah sekelompok proses dan sistem yang digunakan oleh organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi produk atau jasa. Teknologi yang dimaksud oleh para ahli organisasi tidak sama dengan pengertian umum teknologi yang kita ketahui. Teknologi dalam organisasi dapat dibedakan menjadi tiga unsur: benda-benda atau objek, aktivitas atau proses yang digunakan dan pengetahuan yang dibutuhkan.
Menurut Weick, teknologi baru dicirikan oleh sifatnya yang stochastic (teknologi yang bekerja secara non-determinan, artinya peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan cenderung tidak bisa diantisipasi, tidak terulang dan lebih kurang bersifat acak), Continous (dimana teknologi bersifat otomatis artinya dalam sistem ini, efisiensi diatur sendiri oleh mesin sedangkan petugas hanya berfungsi mengontrol), Abstract (paada teknologi ini seorang pekerja bekerja lewat simbol ketimbang proses aktual).
Ada beberapa elemen yang bertujuan melihat teknologi dalam sudut pandang yang lebih luas. hal ini penting bagi level pengambil keputusan dalam organisasi yang bertugas merumuskan teknologi organisasi. peran administrasi dalam perumusan teknologi organisasi perlu dipertimbangkan aspek-aspek barau dalam berbagai tipe teknologi canggih yang berkembang saat ini.

REFERENSI


Kusdi.  2011. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika

P. Robbins, Stephen. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan.

W. Griffin, Ricky. 2004. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Pace, Wayne dan Don F. Faules. 2001. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

P. Siagian, Sondang. 2003. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Trisnawati Sule, Ernie dan Kurniawan Saefullah. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Eko Indrajit, Richardus. 2014. Manajemen Organisasi dan Tata Kelola Teknologi Informasi. Jakarta: Aptikom.

P. Robbins, Stephen. 2010. Manajemen Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Ricky, Griffin. 2004. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Steve John, Moris Meed  dan Neil Svensen. 1996. “The Intelligent Manager: Adding Value in the Information Age”. London: Pitman Publishing.


[1] Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 148.
[2] Stephen P. Robbins Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Jakarta: Arcan, 1994),. Hlm, 194.
[3] Ernie Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana, 2010)., hlm. 160
[4] Joan Woodward, Industrial Organization: Theori and Practice (Landon: Oxford University Press, 1965) dalam Ricky W. Griffin. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 2. Hlm. 200
[5] Ricky W. Griffin. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2004), Hlm. 201
[6] Ibid, hlm. 202
[7] James Brian Quinn dan Martin Neil Baily, Information Technologi.  Dalam Ricky W. Griffin. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 2. Hlm. 204
[8] Robbins, S., Organization Theory: Structure, Design and Applications., dalam Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm 150
[9] Kusdi. Op.Cit. Hlm. 152
[10]Charles Perrow, “A Framework for the Comparative Analysis of Organizations,” American Sociological Review. Dalam Stephen P. Robbins Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Jakarta: Arcan, 1994),. Hlm, 200
[11] James D. Thompson, Organization in Action. Dalam Stephen P. Robbins Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Jakarta: Arcan, 1994),. Hlm, 206.
[12] Robbins, S. Op.Cit., hlm. 194  dalam Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 158
[13] Hage dan Aiken, “Routine Technologi,” hlm 366. Dalam Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Jakarta: Arcan, 1994),. Hlm, 218.
[14] Stanley H. Udy, Jr., Organization of Work,. Hlm. 235,  dalam  Ibid.
[15] Kusdi, Op,Cit. Hlm, 160
[16] Andrew Van de Ven, dkk. “Determinants of Coordination Modes within Organization”. Dalam Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Jakarta: Arcan, 1994),. Hlm, 219. 
[17] Hatch, M.J. Organization Theory: Modern, Symbolic, and Post-modern Perspective (Oxford: Oxford Univ Press, 1997). Dalam Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 162.
[18] Kusdi, Op.Cit., hlm. 162
[19] Moris, Steve, John Meed, dan Neil Svensen, “The Intelligent Manager: Adding Value in the Information Age”, (London, UK: Pitman Publishing, 1996), dalam Richardus Eko Indrajit, Manajemen Organisasi dan Tata Kelola Teknologi Informasi, (Aptikom: 2014), hlm. 5 .
[20] Pfeffer, J. Organizational Design, (Arlington Heights: AMH Publishing, 1978),  Dalam Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 163.

Penulis Syima

1 comment:

Adbox