Terbaru

LightBlog

Thursday, October 26, 2017

Makalah Pengertian pengembangan kepribadian islam

Pengunaan istilah “pengembangan” pada awalnya dibedakan dengan istilah “penyembuhan” atau “terapi,” sebab istilah pengembangan digunakan untuk individu yang sehat, sedangkan istilah penyembuhan atau terapi digunakan untuk individu yang sakit. Namun, akhir akhir ini, keduanya digunakan untuk arti yang sama, karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin memaksimalkan daya-daya insani agar mampu realisasi dan aktualisasi diri yang baik. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang yang sakit.
Dengan latar belakang diatas, maka yang dimaksud dengan pengembagan kepribadian islam disini adalah “usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memaksimalkan daya-daya insane, agar ia mampu realisasi dan aktualisasi diri lebih baik, sehingga memperoleh kualitas hidup didunia maupun diakhirat.” Ddefenisi tersebut mengandung arti bahwa dengan metode pengembangan kepribadian islam ini diharapkan dapat menjadi terapi bagi mereka yang sakit dan menjadi pendorong bagi mereka yang sehat.
Pengembangan kepribadian islam dapat ditempuh dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan konten (materi) dan kedua pendekatan rentang kehidupan, yaitu serangkaian prilaku yang dikaitkan dengan tugas-tugas perkembangan menurut rentang usia. Asumsi pendekatan ini adalah bahwa dalam setiap rentang kehidupan, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diperankan menurut rentang usia. Peran pada masa kanak-kanak tidak akan sama dengan peran orang dewasa. Tanpa memerankan tugas-tugas perkembangan dengan baik, maka perkembangan individu itu dinilai abnormal.  Maksud tugas-tugas perkembangan pada pendekatan kedua ini mengacu pada paradigma bagaimana seharusnya bukan apa adanya. Sebagai sontoh, tugas-tugas perkembangan masa puber bukan “mencari hubungan baru dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita” sebagai mana yang diteorikan dalam psikologi perkembangan barat, tetapi lebih mengarah pada tugas-tugas sebagai seorang mukallaf (yang terkena beban agama), karena masa puber ini adalah masa yang dikenai hukuman


Pengembangan kepribadian islam menurut pendekatan konten
Kiat-kiat pengembangan kepribadian islam menurut pendekatan konten, dapat ditempuh melalui tiga tahap.
1.      Tahapan permulaan (al-bidayah)
Pada tahapan ini fitrah manusia merasa rindu kepada khaliknya.  Ia sadar bahwa keinginan untuk berjumpa itu terdapat tabir (al-hijab) yang menghalangi interaksi dan komunikasinya, sehingga ia berusaha menghilangkan tabir tersebut. Karena itulah tahapan ini disebut juga tahapan takhalli, yang bearti mengosongkan diri dari segala sifat-sifat yag kotor, maksiat, dan tercela (madmuzmah)
2.      Tahapan kesunguhan Dalam menempuh kebaikan (al-mujahadah).
Pada tahap ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, untuk kemudian dia berusaha secara sunguh-sunguh dengan cara mengisi diri dengan prilaku yang mulia, baik yang dimunculkan dari kepribadian mukmin, muslim maupun muhsin. Tahap ini disebut juga tahapan tahalli, yaitu upaya mengisi dan menghiasi dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Tahapan kedua ini harus ditopang oleh tujuh pendidikan dan olah batin (riyadhat al-nafs), sebagai berikut :
1.  Musyarathah, yaitu menetapkan syarat-syarat atau kontrak pada jiwa agar ia dapat  melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan.
2.     Muraqabah, yaitu mawas diri dan penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa dan pikiran dari prilaku maksiat, agar ia selalu dekat dengan Allah.
3.   Muhasabah, yaitu intropeksi, membuat perhitungan atau melihat kembali tingkah laku yang diperbuat, apakah sesuai dengan apa yang diisyaratkan sebelumnya atau tidak.
4. Mu’aqabah, yaitu menghukum diri karena dalam perniagaan rabbani selalu mengalami kerugian.
5.    Mujahadah, yaitu berusaha menjadi baik dengan sungguh-sungguh, sehingga tidak ada waktu, tempat dan keadaan untuk main-main, apalagi melakukan prilaku yang buruk.
6.  Mu’ataqbah, yaitu menyesali dan mencela diri atas perbuatan dosanya dengan cara (1) berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi; dan (2) melakukan prilaku positif untuk menutup prilaku negatif. Agar tidak zina maka ia harus nikah.
7.      Mukasyafah, yaitu membuka penghalang (hijab) atau tabir agar tersingkap ayat-ayat dan rahasia rahasia Allah.

3.      Tahapan merasakan (al-mudziqat).
Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekadar menjalankan printah khaliknya dan menjauhi larangannya, tetapi ia merasa kelezatan, kedekatan, kerinduan bahkan bersamaan (ma’iyyah)dengan-nya. Tahapan ini disebut juga tajalli. Tajalli adalah menampakannya sifat-sifat Allah Swt. Pada diri manusia setelah sifat-sifat buruknya dan tabir yang menghalangi menjadi sirna. Tahapan ketiga ini bagi pada sufi biasanya didahului oleh dua proses, yaitu /al-fana’ dan al-baqa’.
Sosok yang memiliki pengalaman puncak dalam kepribadian islam lebih dikenal dengan insan al-kamil (manusia paripurna). Ia tidak bersatu dengan alam seperti ungkapan maslow, tetapi bersatu dengan sifat-sifat atau asma’ Allah Swt. Sosok insan kamil sesungguhnya adalahh para nabi dan rasul Allah. Diantara mereka yang paling pilihan (musthafa) adalah nabi Muhammad Saw. Oleh karena predikat ini maka Allah dalam Alqur’an memujinya sebagai sosok yang berkepribadian agung (QS Al-Qalam:4), karena dalam dirinya tercermin nilai-nilai Alqur’an yang perlu ditauladani (uswah hasanah) oleh pengikutnya.

Pengembangan kepribadian islam menurut rentang kehidupan
Untuk menjelaskan upaya-upaya pengembangan kepribadian, hanya dipilih fase kehidupan dunia dari tiga fase besar yang ada. Pemilihan itu karena hanya pada fase ini ikthtiyar dan usaha manusia dapat dilakukan.

Pertama, fase pra-konsepsi, yaitu fase perkembangan manusia sebelum masa pembuahan seperma dan ovum. Asumsi adanya fase ini adalah (1) dalam Al-qur’an dan al-sunnah, seseorang dianjurkan dan bahkan diwajibkan menikah untuk kelestarian keturunan. Kelestarian keturunan ini menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan manusia; (2) ruh manusia telah tercipta sebelum jasad tercipta. Ruh yang suci menghendaki tempat yang suci pula. Dalam konteks ini kesucian jasad dapat diperoleh melalui pernikahan.

Kedua, fase pra-natal, yaitu fase perkembagan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran. Secara fisik, fase ini dibagi empat, yaitu : (1) fase nuthafah (zigot) yang dimulai sejak pembuahan sampai usia 40 hari dalam kandungan; (2) fase ‘alaqah (embrio) selama 40 hari; (3) fase mudhaqah (janin) selama 40 hari; dan

No comments:

Post a Comment

Adbox