Terbaru

LightBlog

Wednesday, October 25, 2017

Makalah Problematika dalam perbuatan baik

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Problematika dalam berbuat baik sering kita mendapatkan hal-hal yang menyakitkan hati. Justru yang paling sering membuat kita kecewa adalah orang-orang dekat kita. Untuk itu , janganlah kita terlalu berharap imbalan, dalam arti menuntut kebaikan setimpal dari pihak yang telah kita bantu, dalam Islam telah di gambarkan proses kejadian manusia yang sejalan dengan hasil penelitian di bidang ilmu pengetahuan modern. Menurut asal kejadiannya manusia itu adalah bersaudara. Semua manusia terdiri dan unsur jasmasni dan rohani. Jasmani adalah unsur yang dapat dilihat dan disentuh oleh panca Indera, sedangkan rohani merupakan unsur yang tidak dilihat dan disentuh panca indera. Jamani adalah bagian manusia yang melakukan gerakan fisik seperti : bernafas, makan, minum, berjalan dll. Sedangkan rohani melakukan aktifitas berfikir, yang mendorong manusia membedakan yang baik dan yang  buruk. dalam kenyataannya terjadi perbedaan dalam taraf kehidupannya. hal ini disebabkan ada perbedaan dalam kekuatan fisik, kecerdasan, akal, pendidikan, dan juga usahanya. Namun demikian perbedaan yang ada menjadikan mereka itu saling membantu, tolong menolong dalam hal kebaikan .

Dalam Al-Qur’an manusia menempati kedudukan yang istimewa dalam alam semesta ini untuk menguasainya atau mengusahakan kebutuhannya, manusia dianugrahi oleh Allah Kesempurnaan sebagai khalifah dimuka bumi. Dengan  itu manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dan beribadah kepada Allah SWT. Karena kebutuhan hidup itu harus diusahakan, maka berbagai sarana dan prasarana yang mengacu kepada terpenuhinya kebutuhah itu harus diusahakan pula, seperti pendidikan, gedung sekolah, untuk, makanan adalah pabrik makanan, dan sebagainya Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Problematika perbuatan baik.
Secara umum perbuatan baik memiliki arti nilai yang merujuk  kepada kebahagian, kepuasan kenikmatan berharga dan bermanfaat bagi hidup manusia.termasuk yang dapat mengusir perasaan gundah dan gelisah adalah berbuat baik kepada sesama mahlik dengan ucapan, perbuatan serta berbagai bentuk kebajikan. Kehidupan didunia ini terdiri dari dua pilihan, yaitu kebaikan dan kebatilan.terkadang kita sulit membedakan antara kebaikan dan kebatilan.jika kita mau berfikir secara mendalam, maka pada hakikatnya kebaikan dan kebatilan tampak jelas sekali perbedaannya.

B.     Motivasi perbuatan baik
Perbuatan baik kapan pun bias kita lakukan dalam kondisi yang bagaimana pun bisa kita laksanakan, sekecil apapun perbuatan baik itu, kita akan menuainya.atau contoh kecilnya, kita membuang sampah pada tempatnya sebuah pelastik permen yang baru kita makan akan mendapatkan balasan, membuang punting rokok juga akan dapat balasan, berkata baik juga akan mendapatkan balasa, berlaku sopan juga akan memdapatkan kebaikan, dan hal yang baik yang dapat kita berikan adalah memberikan senyuman kepada orang lain. Dengan kebaikan tersebut ALLAH SWT akan menghilang kan kesusahan baik orang beriman mau pun orang kafir sesuai kadar kebaikannya.

Perbuatan Baik
Perbuatan baik ('amilunshalihan), adalah salah satu dari konsep-konsep kunci di dalam Al-Qur'an. Dalam bahasa Arab, kata kebaikan terdiri dari arti baik dan bermanfaat. Dalam bahasa Arab, kata "ishlah", juga berasal dari akar yang sama. Konsekuensinya di dalam bahasa indonesia, setiap hal yang dilakukan untuk kebaikan agama, disebut perbuatan baik. Dalam istilah Al-Qur'an, segala hal yang diniatkan untuk mencari keridhaan Allah adalah perbuatan baik.
Keselamatan seseorang tidak semata bergantung kepada iman; tanda-tanda keimanan yang ikhlas dan perbuatan baik juga menyelamatkan jiwa. Syahadat yang tidak disertai menjalankan perintah agama, tidak akan menyelamatkan seseorang. Di dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan sebagai berikut:
·         Apakah orang-orang mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja seenaknya berkata: "Kami telah beriman", padahal keimanan mereka itu belum diuji? Al-Ankabut: 2-3
Niat seseorang melakukan perbuatan baik membuktikan semangatnya. Perbuatannya menandakan ketekunan, stabilitas, keteguhan hati, dan kesetiaannya; dengan kata lain kedalaman imannya.Di dalam Al-Qur'an, Allah memberitahu kita tentang bermacam perbuatan baik. Menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat, berjuang untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat Islam, berusaha mencapai pemahaman yang lebih baik tentang Al-Qur'an, menyelesaikan setiap persoalan umat Islam, baik yang pribadi maupun yang umum; kesemuanya itu adalah perbuatan baik. Bentuk penganutan ajaran Islam yang mendasar seperti shalat, puasa, zakat, dan haji; adalah bagian dari perbuatan baik juga:
·         Bukanlah termasuk golongan kebajikan menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi yang termasuk golongan kebajikan, ialah beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, Kitab-kitab, nabi-nabi, memberikan bantuan yang disayanginya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terlantar dalam perjalanan, peminta-minta, dan memerdekakan perbudakan, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, menepati janji yang telah diperbuat, sabar menderita kemiskinan dan kemelaratan, terutama ketika perang. Itulah orang-orang yang benar keimanannya, dan itu pulalah orang-orang yang takwa.Al-Baqarah: 177
Namun masih ada poin lain yang pantas disebut. Perkara yang menjadikan tindakan suatu kebaikan ialah niat dibelakangnya. Suatu tindakan menjadi kebaikan apabila diniatkan untuk mencapai keridhaan Allah. Inilah yang membedakan perbuatan baik dan amal; sebuah konsep yang dianggap lazim di masyarakat kita. Sebuah perbuatan baik dilakukan karena Allah. Sebaliknya, konsep amal yang berlaku di masyarakat, didasarkan pada semangat solidaritas sosial dan hasrat pribadi supaya disebut dermawan.
·         Mereka menunaikan kewajiban nadzar, dan takut akan satu hari, dimana siksaannya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang yang miskin, anak-anak yatim dan tawanan. Bahwasanya kami memberi makanan itu, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari padamu. Bahwasanya kami benar-benar takut kepada siksaan "Hari dengan muka asam penuh cemberut", yang datang dari Tuhan kami. Al-Insan: 7-10
Perbuatan baik apapun yang tidak diniatkan karena Allah, bukanlah perbuatan baik sebab diniatkannya untuk memberi kesan baik kepada manusia. Inilah yang di dalam istilah Al-Qur'an disebut menyekutukan Allah, yang merupakan dosa besar. Dalam ayat dibawah ini Allah menjelaskan bagaimana sebuah tindakan yang dilakukan bukan karena Allah kehilangan maknanya dan menjadi sebuah tindakan biasa.
·         Celakalah mereka yang mengerjakan shalat, yang lalai dalam mengerjakan shalatnya Maksudnya dia melakukan shalat dengan fisiknya, namun tidak ada pengaruh shalat itu pada mentalnya. Yang hanya pura-pura agar dilihat orang saja.Al-Ma'un: 4-6. Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu hapus pahala sedekahmu, dengan menempelakkan kebaikanmu dan melukai perasaan si penerima. Samalah dengan orang yang mendermakan hartanya karena ingin pujian orang, sedang dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaan yang sama dengan sebuah batu yang licin, di atasnya ada tanah. Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, sampai licin tandas tanahnya. Hilang percuma semua usaha mereka itu. Allah tidak akan memberi pimpinan kepada orang-orang yang kafir. Perumpamaan orang-orang yang mendermakan harta bendanya demi mengharapkan keridhaan Allah dengan penuh keyakinan, adalah seperti sebuah kebun di dataran tinggi yang mendapat siraman hujan lebat, hasilnya dua kali lipat. Kalau hujan lebat itu tidak ada, hujan gerimispun sudah memadai. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.Al-Baqarah: 264-265.
Begitu juga orang-orang yang menafkahkan hartanya supaya dilihat, didengar dan dipuji orang dan mereka tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan orang-orang yang berkawan dengan setan, ingatlah setan itu adalah kawan yang seburuk-buruknya. Apa keberatannya bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan menafkahkan sebagian rizki yang telah diberikan Allah kepadanya? Dan Allah Maha mengetahui keadaan mereka. An-Nisa: 38-39
Pendek kata, perkara yang membuat sebuah tindakan menjadi sebuah perbuatan baik adalah niat dibelakangnya. Jika niatnya baik, perbuatannya menjadi baik, bahkan walaupun hasil yang diinginkan tidak dicapai. Sebagai contoh, dengan niat mencari keridhaan Allah, seorang mukmin beribadah sepenuh hati namun usahanya kurang maksimal atau tidak mencapai tujuan, dia tetap mendapatkan pahala. Setiap mukmin hendaknya mengakui bahwa ada alasan mengapa Allah tidak selalu membiarkan seseorang mencapai tujuannya:
·         Diwajibkan atasmu berperang, padahal perang itu peristiwa yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik untukmu; dan boleh jadi pula kamu menyenangi sesuatu, padahal ia buruk untukmu. Dan Allah yang mengetahui sedangkan kamu tidak. Al-Baqarah: 216
Allah mengetahui segala hal yang baik untuk manusia. Karenanya hasil dari setiap perbuatan selalu bersandar kepada Allah. Setiap kewajiban hendaknya dilakukan semata untuk mencapai keridhaan Allah. Seperti dinyatakan diatas, niat adalah esensi dari perbuatan baik. Ini karena fakta bahwa Allah tidak memerlukan apapun yang dipersembahkan oleh hambanya. Firman Allah:
Hai manusia! Kamulah yang berkepentingan kepada Allah, sedang Allah itu Maha Kaya dan tumpuan puji. Jika Dia mau, niscaya dimusnahkan-Nya kamu dan digantinya kamu dengan makhluk yang baru. Hal itu bagi Allah tidak sukar. Fathir: 15-17
Allah dapat melakukan apapun yang diinginkan tanpa memerlukan perbuatan dan usaha dari orang mukmin supaya agamanya menang:
Dialah yang membentangkan persada bumi, lalu dijadikan-Nya disana gunung-gunung dan sungai-sungai. Dan Dialah yang menjadikan semua jenis buah-buahan serba berpasangan Maksudnya jantan dan betina, serta Dia pulalah yang menyungkupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada hal-hal yang demikian ditemukan tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mau berfikir. Ar-Ra'du: 3

Kita dapat melihat bahwa tolong-menolong perlu dilakukan tidak hanya terbatas di antara sesama orang Islam saja, melainkan juga dengan sesama manusia pada umumnya.
Sebagai manusia, kita banyak memiliki kelemahan di samping keistimewaan . Sebagai contoh ketika sakit, kita memerlukan pertolongan dokter yang membantu mengobatinya. Demikian pula ketika kita hendak menuju ke suatu tempat yang jauh kita memerlukan peralatan transportasi, demikian seterusnya.

Saling Tolong Menolong
Tolong-menolong tersebut terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si penjahat untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang di dalamnya terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama artinya dengan kita menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan diri  sendiri.
Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup bertetangga, baik tetangga di tempat kita tinggal, di kantor, di tempat bermain, dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita mendapat musibah sementâra tetangga kita malah menertawakannya atau malah sengaja menambah beban. Ini semua memerlukan pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala kita juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya mengharapkan pertolongan orang lain saja, melainkan kita juga harus mau menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling menolong. Dengan cara seperti itu, maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama manusia akan dapat diatasi.
dapat kita lihat ayat Al Quran berikut :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi inereka (yang diolok-olok,) lebih baik dan mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena) boleh Jadi wanita (yang diolok-olokkan,) lebih baik dan wanita (yang mengolok-olokkan,) dan Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan julukan-Julukan yang buruk’. (Q.S. 49: 11).
Pada terjemahan ayat di atas terdapat larangan saling mengolok-olokkan, karena hal itu dapat merenggangkan hubungan di antara sesama manusia, dan akhirnya juga mempersulit dirinya masing-masing. Orang yang mengolok-olok tidak selamanya dalam kejayaan, demikian pula orang yang diolok-olok pun tidak pula selamanya hidup susah. Suatu saat bisa saja keadaannya berbalik. Jika ini terjadi, maka yang mengolok-olok tadi akan merasa malu dan kesulitan meminta bantuan kepada orang yang pernah diolok-olok.
Mengolok-olok itu biasa dilakukan dengan kata-kata, karena kata-kata memang amat mudah diucapkan, dan seringkali menjadi sumber pertengkaran dan permusuhan. Larangan tersebut dimaksudkan agar manusia justru mengembangkan sikap saling mengormati. Dalam hal ini terdapat aturan-aturan yang harus dilakukan, yaitu seorang siswa hormat kepada tetangganya, seorang penduduk suatu tanah air, hormat pada tanah ainya, dan sebagai suatu bangsa
hormat pada bangsanya, dan sebagai penganut agama, hormat pada agamanya, demikian seterusnya.
Hormat kepada guru, karena dialah yang mengajar seseorang membaca, menulis, memberikan ilmu pengetahuan, mendidik jiwa, melatib otak, menunjuki kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Adapun hormat kepada kedua orang tua, karena keduanya memelihara jasad seseorang, merawat badan, memberi makan, membiayai pendidikan, memberikan tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan hormat kepada sahabat atau teman, karena teman tempat seseorang mengadukan masalahnya, dimintai pendapatnya, meminta pengakuannya, dan menolongnya di kala dalam kesusahan. Demikian pula hormat kepada tetangga karena tetanggalah orang yang terdekat dengan kita di mana kita berada. Tetanggalah yang pertama kali memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang kita jumpai. Seseorang juga harus hormat kepada tanah airnya, karena tanah airnya itulah yang memberikan kepadanya tempat untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hormat kepada bangsa, karena bangsa itulah yang telah ikut memberikan  pengorbanan bagi keselamatannya. Seseorang hormat kepada agamanya karena agama itulah yang telah menunjukkan kcpadanya tentang cara hidup yang baik dan bermoral guna mencapai tujuan hidupnya bahagia dunia dan akhirat. Inilah makna atau arti hidup yang hakiki, yaitu hidup dalam suasana saling menghormati dengan sesamanya dan dengan berbagai unsur lainnya yang telah ikut serta memberikan bantuan terhadap pencapaian kebutuhan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Tanpa mengembangkan sikap saling menghormati, maka yang terjadi adalah ketegangan-ketegangan dan konflik yang dapat membahayakan dirinya masing-masing.




Saling Menasehati
Saling menasihati sebenarnya termasuk bagian dan saling menolong. Menasehati Namun saling menasihati sifatnya lebih khusus kepada saling tolong-menolong kepada hal-hal yang lebih bersifat pemikiran dan gagasan-gagasan guna memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi. firman Allah berikut:
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran “
Terjemahan ayat di atas dapat kita melihat bahwa seseorang siapa pun dia, akan merugi, kecuali apabila ia mempercayai adanya Tuhan (beriman), beramal salih, dan saling menasihati.
Padangan Islam mengenai arti hidup, sangat berlainan dengan pandangan orang-orang yang berpandangan kebendaan semata-mata (materialistis). Menurut ajaran Islam yang bersumber pada Al Quran dan Hadis, bahwa pandangan Islam mengenai arti bidup itu datang untuk menenteramkan pikiran manusia, dan menuntun hidup secara hakiki, hidup jasmani dan hidup rohani. Sekaligus memberi jawaban, bahwa hidup secara jasmani tidak lebih sebagai sarana, sedangkan hidup secara rohani adalah sebagai arah yang dituju. Dengan demikian tujuan hidup manusia menurut Islam adalah mengarahkan diri untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, jasmani dan rohani, yang dalam pelaksanaannya, materi sebagai alat, sedangkan rohani sebagai pengarah.
Bila tujuan hidup manusia hanya semata-mata materi, atau dunia, maka membimbing anak tidak terlalu penting ditujukan kepada pendidikan moral. Karena bila harta dunia telah kita capai, apakah gunanya kepentingan moral dan etika ? Moral dan etika hanyalah sekedar basa-basi saja. Yang penting adalah kecerdasan dan intelektual serta kesenangan duniawi dan kemasyuran. Setelah tujuan tersebut kita capai, orang lain pasti menaruh hormat dan menundukkan kepala kepada kita.
Tetapi bila tujuan hidup kita baik dunia maupun akhirat demi keridhaan Allah, maka membimbing anak merupakan suatu hal yang teramat penting, dan tentu saja pendidikan anak kita tujukan terhadap titik tumpu dan tujuan yang diridhoi Allah, yakni agar menjadi manusia yang taqwa dan selamat sejahtera dunia akhirat.
Dengan demikian, maka bimbingan mestinya sinkron, antara dua tujuan, yaitu dunia dan akhirat, karena sabda Rasulullah SAW.
Artinya: “Bukan orang yang balk yang meninggalkan dunianya, karena meneari akhirat dan bukan orang yang baik yang meninggalkan akhirat karena dunianya. Artinya  Orang yang baik ialah yang mengumpulkan (menggabungkan) dunia dan akhirat. Sebaik baik alat penghubung yang dapat menyampaikan kamu ke akhirat ialah dunia. Dan janganlah kamu merepotkan orang lain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).

Dengan demikian, kalau seseorang mempunyai anak dengan tujuan sekedar pelampiasan nafsu biologis saja, maka apakah bedanya dengan bangsa binatang? Orang yang baik selalu memperhitungkan laku perbuatannya di dalarn membimbing anaknya. Apakah Ia telah mengikuti garis lurus ataukah menyimpang dan jalan yang benar. Karena anak adalah suatu proyek dan sebagian hidup kita.
Jelaslah sudah bahwa tujuan hidup kita ialah lahirnya manusia-manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan ini, maka bimbingan kepada manusia, sejak kanak-kanak merupakan syarat mutlak bagi suatu keluarga. Beban ini tidak bisa tawar-menawar lagi, karena merupakan sebagian dan hidup dan merupakan sebagian dan bukti ketaqwaannya kepada Allah SWT. Dalam hal ini, ia berarti telah melaksanakan fungsinya, yaitu beribadah kepada Allah SWT, dalam arti yang seluas-luasnya, sesuai dengan firrnan Allah SWT:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan fin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (Q.S. 51 . 56).
Dengan melihat uraian atas, Anda telah memahami tujuan hidup manusia yang dalam pencapaian tujuan tersebut ternyata pendidikan memegang peranan amat penting, terutama pendidikan yang berkaitan dengan moral, etika, dan budi pekerti yang luhur.
Masalah berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus ditempuh dalam mewujudkan tujuan tersebut melalui pendidikan.
Untuk mencapai kebutuhan hidup, manusia mau tidak mau ia harus menjalin hubungam dengan orang lain yaitu melakukan kerjasama, tolong-menolong, saling menghormati dan menasihati. Hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang sudah diatur dalam agama seperti adab kesipanan atau akhlakul karimah dengan tetangga, guru, orang tua,: teman dan sebagainya.
Dengan cara demikian, manusia akan mencapai arti dan hakekat idupnya berupa kebahagtaan yang hakiki, lahiriah dan batiniah Dengan itu kemudian manusia dapat dengan tenang melaksanakan tujuan hidupnya yaitu melakukan penmgabdian kepada Allah

Rintangan untuk berbuat kebaikan
Usaha perbuatan baik kita, bukannya tanpa rintangan. Sering kita mendapatkan hal-hal yang menyakitkan hati. Justru yang paling sering membuat kita kecewa adalah orang-orang dekat kita. Untuk itu , janganlah kita terlalu berharap imbalan, dalam arti menuntut kebaikan setimpal dari pihak yang telah kita bantu. Pasanglah sikap Zero Ecpectation (harapan nol).
            Jika anda berbuat baik, lakukan dengan tulus, dan jangan mengharapkan walau hanya ucapan terima kasih. Bahkan Para Rasul, para Nabi pun selalu dicurigai bahkan dihujat, artinya para utusan Allah pun tidak bisa menyenangkan semua pihak.
Namun , saudaraku bergembiralah, bila anda masih dan sanggup berbuat kebaikan. Ini adalah kehormatan besar bagi anda.

            “ Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Qs. Az-Zumar : 10).
Yakinlah , jika penerima kebaikan anda sampai lupa berterimakasih kepada anda, atau justru sengaja mencemooh anda, Allah akan membalas kebaikan anda dengan berlipat-lipat ganda.

            Salah satu rahasia Allah yang diungkapkan dalam Alqur’an adalah bahwa seseorang yang beramal shaleh akan diberikan balasan yang tanpa batas.
Saudaraku , kita perlu mengetahui apakah sesunnguhnya arti dari kebaikan itu. Definisi dari kebaikan sendiri begitu beragam, setiap individu dengan latara belakang kultur yang berbeda mempunyai definisi tersendiri tentang kebaikan.

No comments:

Post a Comment

Adbox