Terbaru

LightBlog

Friday, October 27, 2017

Makalah Ayat - Ayat Al-Quran Tentang Saint dan Ilmu Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       LATAR BELAKANG
Islam merupakan sebuah agama yang memiliki banyak penganut di dunia. Bahkan dapat dikategorikan sebagai agama terbesar dan terbanyak dianut oleh masyarakat global sekarang ini. Al-Qur’an yang merupakan sebuah kitab suci agama Islam yang langsung diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad menjadi bahan acuan dan juga pengantar hidup kaum muslim di dunia. Tetapi tanpa kita sadari bahwa di dalam ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an terdapat ilmu-ilmu duniawi yang memang harus kita ketahui. Salah satunya pembahasan di dalam makalah ini yaitu Sains dan Ilmu Sosial.
Selain dapat difungsikan sebagai pedoman hidup kaum muslim, Al-Qur’an juga memiliki banyak mengandung ayat-ayat yang mengharuskan kita sebagai kaum muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan semasa hidupnya karena Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Sesuai firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 yang berarti :
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Mujadilah [58]:
Dengan demikian kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agar derajatnya dinaikkan oleh Allah SWT. Umat muslim sudah memiliki Al-Qur’an yang memang di dalamnya sudah mengandung banyak sekali ilmu yang bisa umat muslim pelajari termasuk juga Sains dan Ilmu Sosial.
Sains dan ilmu sosial juga termasuk unsur utama dalam kemajuan manusia. Kajian dalam ilmu pengetahuan Sains dan Ilmu Sosial tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan ajaran Islam karena dasar-dasar teori Sains dan Ilmu Sosial bersumber dan dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an dan hadis inilah yang menjadi asas utama bagi pengembangan ilmu pengetahuan Sains dan Ilmu sosial dalam konteks Islam.
Banyak para ilmuan dan intelektual baik Saintis dan Sosiolog mulai tertarik tentang kemungkinan kontribusi kitab suci terhadap keberadaan Sains dan Ilmu Sosial, termasuk Albert Einstein. Maka itu merupakan satu bentuk teguran dan bisa jadi sebagai motivasi bagi umat muslim untuk lebih mendalami Al-Qur’an yang merupakan kitab suci Islam sebagai pedoman hidup, karena bisa dilihat orang kristen saja berminat dan tertarik untuk memahami Al-Qur’an yang nantinya dijadikan teori-teori baru yang berasal dari isyarat-isyarat kitab suci Al-Qur’an oleh ilmuan dan intelektual barat. Makalah inilah yang sedikat memberi pemahaman kepada kita semua tentang kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Sains dan Ilmu Sosial.
Jadi dapat disimpulkan yang melatar belakangi membuat makalah ini adalah kurangnya minat dan kesadaran diri bagi umat Islam untuk menjaga, memahami dan mendalami Al-Qur’an sebagai acuan kehidupan

1.2.    TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Makalah Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Sains dan Ilmu Sosial ini adalah sebagai berikut :
1.             Memberi pemahaman kepada umat muslim tentang kaitan Al-Qur’an dengan Sains dan Ilmu Sosial
2.             Menjelaskan dan mengetahui hubungan  ayat-ayat al-quran dan Sains
3.             Menjelaskan dan Mengetahui hubungan ayat-ayat al-quran dan Ilmu Sosial

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Definisi  Al-Qur’an
             Secara Bahasa (Etimologi), merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) keduanya berarti: membaca, atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Dan qira’ah berarti mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat dalam bacaan.[1]  
Pendapat beberapa para ahli mengenai pengertian Al-Qur’an dari segi bahasa. Sebagian berpendapat, penulisan lafal Al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah dan pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah. Asy-Syafi’i, Al-Farra, dan Al-Asy’ari termasuk diantara ulama yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah.[2]
Sedangkan secara Syari’at (Terminologi) Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia dan dijadikan pedoman hidupnya.
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan malaikat Jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hiro pada tanggal 17 Ramadhan ketika Nabi Muhammad SAW berusia 41 tahun. Surat pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Sedangkan Al-Qur’an terakhir turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah yakni surat Al Maidah ayat 3. Perlu diketahui bahwa Al-Qur’an tidak turun sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat dalam Al-Qur’an disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah) dan sesama manusia (Hablum minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebagainya.(Q.S. Al-an’am: 38).

وَمَامِنْ دَابَّةِ فِى الْاَرْضِ وَلاطَىِر يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّاَاُمَمٌ اَمْثَالَكُمْ مَافَرَطْنَ فِى الْكِتَبْ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ
Artinya: Dan tidak ada seekor binattang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-amat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada tuhan mereka di kumpulkan.
Ada beberapa sebutan untuk Al-Qur’an antara lain :
1.  Al-Kitab (Kitabullah), yang merupakan sinonim dari kata Al-Qur’an yang berarti kitab suci yang digunakan sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa.
2.  Az-Zikr, yang artinya adalah peringatan.
3.  Al-Furqan, artinya adalah pembeda.
4.  As-Suhuf, yang berarti lembaran-lembaran.

Selain itu, Al-Qur’an juga memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan antara lain :
1.      Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.
2.      Memiliki ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci Al-Qur’an dapat dipengaruhi jiwanya.
3.      Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4.       Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia manusia.
5.      Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan dan lain sebagainya. Yang menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
6.       Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwanya.

2.2.    Konsep dan Ayat Al-Qur’an Tentang Sains
Sains dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya kata ‘ilm disebut lebih dari 744 kali. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, hal ini dibuktikan dengan fakta setiap kali umat Islam melaksanakan ibadah memerlukan penentuan waktu yang tepat. Contohnya dalam melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya memiliki waktu tertentu dan untuk menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi yang memang termasuk dalam ilmu sains.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan di dalamnya. Salah satu keistimewaan dan keutamaan Al-Qur’an yakni memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu. Dengan kata lain di dalam Al-Qur’an juga terkandung banyak ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahun di dunia Sains.
Dalam pengkajian ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ilmu pengetahuan khususnya di bidang Sains yang akhirnya memang terbukti dibawah ini:
1.     Haakikat Penciptaan Alam Raya (Teori Big Bang) dalam Al-Qur’an[3]

Pada tahun 1927, seorang ilmuwan bernama Hubble mengemukakan sebuah teori mengenai asal muasal pembentukan jagad raya yang diberi nama Teori Big Bang. Sebuah teori yang menjelaskan bahwa dahulu kala jagad raya adalah satu, yang akhirnya meledak dan terpisah-pisah menjadi banyak bagian dan salah satu bagian tersebut adalah bumi. Hal ini membuktikan keistimewaan Al-Qur’an bahwa sebelum Hubble mengemukakan teorinya, di dalam Al-Qur’an sudah ada ayat yang menjelaskan bahwa dahulu kala alam semesta adalah satu.
Dalam surat Al-Anbiya ayat 30, Allah SWT berfirman yang artinya :

اَوَلَمْ يَرَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَنَّ السَّمَوَتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَارَتْقًا فَفَتَقْنَهُمَا’وَجَعَلْنَامِنَ الْمَاءٍكُلَّ شَيْءٍحَيٍّ’اَفَلاَيُؤْمِنُوْنَ

Artinya:Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?” (Al-Anbiya : 30)
Makna lafal فَتَقَ yang terdapat dalam potongan ayat di atas memiliki makna-makna berikut: celah, letusan, membanting, membelah, membongkar, membengkak hingga pecah, lubuk air.[4] Dan pada ayat di atas Allah secara tegas menjelaskan bahwa langit dan dan bumi serta yang ada diantara keduanya merupakan suatu bukti tentang kekuasaan Allah. Allah ciptakan matahari, bulan, bintang dan segala yang hidup dan tubuh antara bumi dan langit merupakan bukti tiada kekuasaan yang hebat dari kekuasaan Allah. Allah menjelaskan bahwa bumi dan langit itu asalnya satu, kemudian allah pisahkan antara keduanya. Allah di dalam ayat tersebut menjelaskan lagi, bahwa allah menjadikan dan menghidupkan sesuatu yang ada dialam jagat raya ini dari air. Air yang telah iciptakan allah, merupakan sumber kehidupan bagi makhluk allah, terutama bagi manusia. Air menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia khususnya dan pada umumnya nagi semua makhluk Allah di jagat raya ini.
Berdasarkan pendapat para ulama, bahwa pada umunya mereka sepakat menyatakan sesungguhnya langit dan bumi bersatu. Namun mereka berbeda pendapat tentang proses kejadiannya dan bagaimana proses selanjutnya.
Di dalam surah Al-Fusilat ayat 11 Allah Swt menjelaskan kepada manusia, bahwa pemisahan antara langit dan bumi disebabkan ada tekanan udara dari keduanya.
ثُمَّ آسْتَوَإلَى آلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ آئْتِيَا طَوْعًا أَوْكَرْهًا قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِيْنَ

Artinya: kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “kami datang dengan suka hati”. (Al-Fusilat: 11)
Disamping apa yang telah dikemukakan di atas, allah juga telah menciptakan hukum-hukumya yang berlaku secara menyeluruh (global), yang menunjukan akan kekuasaan dan keesaan-Nya. Allah menciptakan langit dan bumi sungguh cukup serasi dan teratur, sebagaimana firman Allah:
وَهُوَ آلَّذِى خَلَقَ آلسَّمَوَتِ وَآلْأَرْضَ بِآلْحَقَصح وَيَوْمَ يَقُوْلُ كُنْ فَيَكُوْنُج قَوْلُهُ آلْحَقَج وَلَهُ آلْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِىى آلصَّورِج عَلِمُ آلْغَيْبِ وَآلشَّهَدَةِج وَهُوَ آلْحَكِيمُ آلْخَبِيْرُ

Artinya: dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataannya diwaktu dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan ditangannyalah segala kekuasaan diwaktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui. (QS, Al-An’am: 73).
Sesungguhnya alam semesta yang di huni oleh jutaan makhluk, termasuk di dalam makhluk yang namanya manusia yang mempunyai existensi yang riil dan objektif serta berjalan mengikuti hukum-hukum telah ditetapkan Allah secara pasti. Sesungguhnya ciptaan Allah merupakan sebaik-baik ciptaan, makanya setiap yang diciptakan Allah mempunyai manfaat atau paedah bagi setiap makhluk terutama bagi manusia, oleh karena itu konsep alam semesta yang diciptakan Allah, untuk memenuhi semua kebutuhan makhluknya. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firmannya:
وَمَا خَلَقْنَا آلسَّمَآءَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَطِلاًج ذَلِكَ ظَّنُّ آلَّذِينَ كَفَرُواْج فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنَ آلنَّارِ

Artinya: Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS, Ashaad: 27).

2.    keseimbangan Alam Jagat Raya  Dalam Al-Qur’an
            Untuk menjaga keseimbangan alam jagat raya Allah telah pula menciptakan beberapa komponen alam,, agar terdapat keseimbangan dan keselarasan pada alam jagat raya ini.[5] Untuk itu Allah telah menciptakan komponen alam tersebut sebagai berikut:
a.         Penciptaan Matahari, Bulan, dan Penetapan Malam dan Siang
          Firman Allah dalam surah Al-Ambiya’: 33 dan

وَسَخَّرَ لَكُمُ آلَّيْلَ آَنَّهَارَ وَآلشَّمْسَ وَآلْقَمَرَصح وَآلنُّجُومُ مُسَخَّرَتٌ بِأَمْرِهِقلى إِنَّ فِى ذَلِكَ لَأَيَتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Artinya: Dia menundukan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan binatang-binatang itu ditundukan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya). (QS, Al- Ambiya’:33).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan matahari dan bulan. Matahari bersinar pada waktu siang dengan cahayanya yang panas sehingga manusia bisa beraktivitas dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah dimuka bumi. Aktivitas yang dilaksanakan manusia tersebut dilakukan ketika waktu matahari mulai terbit di upuk timur yang disebut subuh yang merupakan awal datang waktu siang, selanjutnya lagi dikenal waktu duha dimana matahari telah mengeluarkan cahaya panasnya dengan menyinari jagat raya sampai datangnya waktu magrib sebagai awal datangnya waktu malam dan munculnya cahaya bulan yang menerangi bumi dengan penuh kelembutan dan menyejukkan dimana pada malam hari manusia beristirahat.[6]
Pada abad ke-15 seorang ilmuwan bernama Copernicus menemukan bahwa matahari sebagai pusat peredaran. Tapi perlu diketahui bahwa jauh hari sebelum Copernicus mengemukakan temuannya tersebut, di dalam Al-Qur’an sudah dituliskan bagaimana matahari dan bulan beredar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat 33 yang artinya :
وَهُوَالَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَقلى كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ
Artinya:Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (Al-Anbiya’ : 33).

Tanda yang tersendiri yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT di dalam ayat tersebut adalah perjalanan matahari pada orbitnya sehingga ke penghujung pusingannya. Pusingan adalah satu ketentuan dan ketetapan daripada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui bagi setiap sesuatu.
 Allah juga menjelaskan kepada manusia tentang bulan dalam firmannya berikut:
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْ جُونِ الْقَدِيمِ

Artinya: Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan tua. (QS. Yasin: 39).
Dari ayat di atas semakin jelas bahwa, bulan dijadikan Allah sebagai salah satu komponen yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia sekaligus penerang pada malam hari sedangkan matahari diciptakan sebagai penerang pada siang hari sekaligus cahaya tenaga matahari pada abad modern telah dapat dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik yang disebut dengan Pembangkit tenaga surya di samping bermanfaat untuk kebutuhan dan keperluan hidup seluruh makhluk Allah, termasuk manusia.[7] Allah itu maha mengetahui akan kebutuhan setiap makhluknya. Manusia pada siang hari untuk mencari kebutuhan hidupnya, hingga datangnya tanda hari memasuki waktu malam yang memberikan waktu kepada manusia untuk beristirahat dalam rangka memulihkan tenaga yang digunakan pada siang harinya. Sebagaimana firman Allah Swt menyebutkan sebagai berikut:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164).

3.      Proses terjadinya hujan
          Dalam surat An-Nuur ayat 43 Allah SWT berfirman yang artinya :
ألَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

Artinya:Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan” (An-Nuur : 43).

Berdasarkan ayat di atas tersebut, ada tiga tahap turunnya hujan, yaitu: adanya angin yang menggerakkan awan, berkumpulnya awan, terjadinya hujan. Para peneliti bidang meteorologi juga menyebutkan ada tiga tahap terjadinya hujan sesuai di jelaskan dalam Al-Qur’an. Yaitu fenomena awan tebal bermula ketika angin menggiring atau mengarak kawanan awan kecil ke convergence zone (tempat berkumpul) dari awan-awan tersebut. Pengarakkan bagian-bagian ini menyebabkan bertambahnya kualitas jumlah uap air dalam perjalanannya, terutama di sekitar convergence zone. Ketika uap air sudah terlalu banyak, maka jatuhlah uap air tersebut ke permukaan bumi yang disebut hujan.
          Sejarah sains sejak ribuan tahun silam sulit diungkapkan karena terbatasnya informasi yang menunjang. Salah satu sumber yang dapat dipedomani adalah al-quran (QS Al-Baqarah[2]: 31-32)

Surat Al-Baqarah (2:31-32)

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صٰدِقِينَ :٣١

قَالُوا۟ سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ :٣٢
Artinya:
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar !.Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.

Ternyata sesuai dengan ayat ini manusia mempunyai pengetahuan lebih luas dari pada malaikat dan adam, dan mereka benar-benar sudah mengetahui bentuk segala sesuatu yang hidup dan yang mati dan interaksinya pada waktu hidupnya nabi pertama itu sampai keturunan terakhir, yaitu kita yang hidup hari ini. Suatu kewajiban kita sebagai umat adam untuk terus menggali sains untuk dapat digunakan meningkatkan kualitas kehidupan dan kemaslahatan umat manusia.[8]

4.         Pengaplikasian Sains
Al-qur’an menyebut gejala-gejala alam sebagai tanda-tanda Tuhan dan menganjur kan kajian atas berbagai gejala alam sebagai jalan untuk menyembah Allah SWT.
Surat Ar-Rum Ayat 22
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Surat al-ankabut ayat 20
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
Katakanlah:` Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 29:20)
Hadist nabi Muhammad SAW. Mengagumi atas karya allah sebagai bentuk ibadah yang baik. Sebagai contoh dirriwayatjkan oleh Imam Ali : tiada ibadah seperti perenungan (tafakur) terhadap penciptaan allah.[9]
arti secara mendalam sebenarnya tafakur adalah bukan sekedar mangagumi dan berdiam diri seperti orang menyaksikan suatu pemandangan yang sangat indah dan cantik, tetapi dibalik itu terkandung makna tindakan selanjutnya mempelajari sampai menemukan suatu bentuk sains maupun teknologi. Hal yang sama disampaikan Allah dalam surat Iqra’ manusia diperintahkan membaca dan meneliti serta menulis (mengembangkan sains dan teknologi). Sesungguh nya orang yang ,mengembangkan ilmu pengetahuan adalah orang yang sedang berjihat di jalan allah, karna hakikat nya bila teknologi yang dihasilkan itu dapat dipakai manusia, berarti akan meningkatkan kesejahteraan manusia dan menigkatkan harkat dan martabat manusia serta memberikan manfaat yang besar.
Dalam pandangan al-qur’an gejala atau data yang ditangkap oleh indrawi tidak cukup memahami alam semsta dan segala isi nya, karena panca indra paling tinggi hanya menangkap potongan yang terisolasi. Akal kitalah yang sebetul nya yang menghubungkan satu potongan dengan potongan lain.
Surat al an’aam ayat 38

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَاب مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ 
Artinya:
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
Dalam beragama diperlukan pemahaman sains yang mendalam dan kritis agar sains itu dapat lebih terang dan jelas dan demikian juga agama tanpa diikuti oleh sains akan buta karena tidak ada penjelasan yang tpat. Dalam QS. Al-a’raf[7]:179
Dalam pandangan al-qur’an manusia harus memiliki sains untuk memaknai penciptaan alam. Panca indra tidak cukup untuk memperoleh informasi yang ditulis dalam al-qur’an atau yang dimaksud Allah SWT. Kalau tidak memiliki kompetensi khusu dan pengkajian yang mendalam. Oleh sebab itu, dalam islam menuntu ilmu adalah kewajiban manusia utnuk mengisi kehidupan duniawi dan akhirat. Iman tanpa sains akan buta, karena sains itu adalah matanya iman yang dapat melihat tanda-tanda kebesaran allah, sebaliknya sians tanpa iman akan biadab , karena iman akan menuntun manusia kepada hal-hal yang baik yang di ridhoi Allah SWT.
Berdasarkan iman dan amal salehharus menjaga kelestarian lingkuan dan menjaga keseimbangan antara makhluk penghuni bumi, sebagai mana dalam firman Allah SWT. Dalam ayat :
Surah al-ar’af ayat 96
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Permasalahan dunia yang sangat kompleks adalah isu krisis lingkungan dan perubahan iklim yang sudah berdampak pada iklim global. Sebenarnya ajaran islam telah lama mempersoalkan hal ini ekologi dalam prinsip islam mendukung prinsip biodiversity dan menganjurkan melakukan riset-riset ilmiah tentang biologi,kimia,dan kedokteran ,sehingga melahirkan sainstis yang peka spiritualitas dan yang cinta riset seperti Ibn dan Jabir Ibn Haiyan.

Q.S. Al- mu'minun : 12-14

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
Artinya:"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
Artinya:"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13)
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Artinya:
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."(Q.S. Al- mu'minun : 14)
Dari ayat diatas dapat kita simpulakn bahwa fisik manusia sesuai dengan ilmu faal dan markologi dapat dimodifikasi sesuai dengan kehendak manusia asalkan tujuannya untuk keselamatan dan kesehatan manusia itu sendiri.
Kedudukan nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatal lil-alamin disesuaikan dengan kelancaran tranportasi dan pemakai bahasa dengan penemuan tenaga atom dan nuklir serta teknologi informatika membuat semua jarak semakin dekat, bahkan perbatasan bangsa dan suku, pulau dan benua semakin hilang. Allah memberikan kesempatan kepada manusia utnuk memanfaatkan sains guna melipat gandakan kecepartan sampai kemampuan maksimal umtuk di aplikasi kan.
Surat Ar-Rum Ayat 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Pencemaran lingkungan yang telah merenggut sebagian besar hak kita untuk hidup dengan tenang dan sehat dialam ini telah sampai pada titik mengkhawatirkan. Krisi demi krisis lingkungan telah menjadi bagian kehidupan manusia. Pada hakikatnya adalah hadiah dari apa yang telah kita perbuat sebelum nya. Perilaku kita harus diubah seiring dengan perkembangan zaman. Sudah saat nya kita tidak lagi berprinsip bahwa lingkungan ini tanpa pemilik shingga dapat diperlakukan seenaknya oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Prinsip yang memandang bahwa lignkungan ada sesuatu yang dapat di eksploitasi tanpa memperhitung kan dampak nya adalah prinsip yang keliru.
Surah Al-Hijr ayat 19-20
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُون.
وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ
Artinya:Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.


Surah al-a’raf ayat 10
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ 
Artiya:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Firman Allah untuk melengkapi kebutuhan manusia sebagai bahan makanan dan kendaraan terkandung dalam surat An Nahl {16}: atat 5-8
Surah Nahl ayat 5-8
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا ۗلَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
Artinya: Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfa`at, dan sebahagiannya kamu makan.

وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ

Artinya: Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَىٰ بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنْفُسِ ۚإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya: Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً ۚوَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Dalam mengelola alam sudah pasti ada kerusakan yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam itu. Kerusakan alam memang mustahil untuk dipertahankan kelestarian nya seperti yang ada di hutan belantara. Tetapi pilihan kerusakan yang kecil tetapi memberikan manfaat yang lebih besar. Bila terjadi sebaliknya lerusakan yang dahsyat hanya memberikan manfaat yang kecil.
Allah telah firmankan dalam al-qur’an bahwa manusia yang lalai akan menimbulkan bencana . oleh karena itu, allah telah janji kan konsekwensinya oleh mereka yang merusak alam tanpa memberikan manfaat itu.
Surat Al-Baqarah Ayat 205
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
Artinya:
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
Surat Al-Qasas Ayat 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِين
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Semenjak Rasulullah berkuasa di Makkah, beliau telah memerdekakan sejumlah budak, agar menjadi manusia setara dengan manusia lainnya. Beliau memberikan pekerjaan yg layak sehingga mantan budak itu dapat membantu dirinya untuk menjadi manusia yang setara denagn saudara yang lainnya saat itu. Banyak diantara manatan budak menjadi muslim yg taat menjadi pengikut Rasullullah yang setia kepada islam. Perbudakan terjadi karena kemiskinan dan kebodohan. Manusia biadab akan memanfaatkan kesenmpatan pada amanusia yang lemah untuk dapat dikendalaikan dan di peralat serat di eksploitasi utnuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya. Al-qur’an dalam surat An-nisa ayat 132 menyebutkan bahwa tiada manusia berkuasa atas manusia lain, kecuali allah.
Surat An-Nisa' Ayat 132
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
Artinya:Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Surat Al-Baqarah Ayat 29
Bumi memiliki seluruh komponen yang diperlukan bagi kehidupan makhluk baik yang hidup atau tidak hidup (abiotik). Salah satunya adalah keberadaan atmosfir, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung makhluk hidup. Adalah fakta yang kini telah diterima bahwa atmosfir terdiri dari lapisa-lapisan berbeda yang terusun secara tersusun secara berlapis satu diatas yang lain.
Persis sebagaimana dipaparkan dalam al-qur’an, atmosfir terdiri dari tujuh lapisan. Ini pastilah salah satu keajaiban al-qur’an. Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam al-qur’an adalah atmosfir terdiri atas beberapa lapisan .
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya:
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Surah Fushshilat Ayat 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ



Artinya:
“Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh.”


Surah Fushshilat Ayat 12

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Artinya:
Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua hari. Dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi) Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa  lagi Maha Mengetahui .

2.3.    Ayat-ayat tentang sosial
1.       Pandangan Islam tentang masyarakat ideal
          Islam ingin ada perpaduan antara iman, ilmu dan amal, iman yang tertanam di dalam hati manusia hanya akan bermakna apabila membuahkan perbuatan lahirian yang nyata (amal shalih). Dan ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial merupakan alat intelektual manusia untuk memperkuat basic iman dan memperkaya spektrum amal salehnya. Oleh karena itu al-qur’an mengatakan orang yang tidak beriman adalah mereka yang bekerja ke arah merugikan diri sendiri.[10]  Dalam islam ada beberapa trem yang digunakan untuk menunjukan masyarakat ideal, yaitu ummah wahidah, ummah wasatthoh, ummah muqtasidah, khairuummah, baldah toyyibah.[11] Ungkapan ummah wahidah termasuk dalam alquran surah al-baqarah ayat 213 dan Al-Maidah ayat 48
Surat Al-Baqarah Ayat 213
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚوَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya:
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Ayat di atas menggambarkan bahwa pada awalnya manusia itu umat yang satu, baik dari asal usul, maupun materipenciptaan, namun kemudian terjadi perselisihan antara umat yang kemudian meruncing, sehingga allah menurunkan seorang nabi untuk memberi peringatan pada mereka. Ayat ini lebih menekankan asal kejadian manusia yang satu, namun berselisih paham disebabkan oleh faktor luar.

Surah Al Maidah Ayat 48
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya:
Dan Kami telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.
Ayat di atas menggambarkan ummah wahidah sebagai kondisi yang tidak terjadi, namun jika allah menghendaki dia dapat saja menjadikan manusia sebagai ummah wahidah, namun tetapi allah hendak menguji manusia terhadap pemberiannya. Ayat di atas menggambarkan pula bahwa perbedaan-perbedaan yang ada dapat memicu terjadinya kompetisi dalam kebaikan. Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa ummah wahidah mengandung makna bahwa manusia walaupun memiliki perbedaan satu sama lain, baik dari segi persepsi, ide dan pemikiran serta keinginan dan harapan yang merupakan sebab terjadinya konflik, namun pada dasrnya mereka bisa bersatu dan menjadi ummah wahidah yang bersatu untuk mencapai tujuan, harapan dan keinginan bersama, karena pada dasrnya mereka memiliki lebih banyak persamaan dari pada perbedaan. Akan tetapi akan kecendrungan manusia dalam menyikapi konflik sering kali mengarah kearah negatif, maka perlu ada penengah agar konflik yang terjadi tidak meruncing ke arah perpecahan ummah.

Surat Al-Hujurat Ayat 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita yang lain (karena) yang jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan).”
Dalam ayat tersebut secara tegas menyebut perempuan diluar kata qaum. Akan tetapi dalam penggunaan pada umumnya, kata tersebut menunjukan kelompok manusia yang berada pada suatu tempat baik laki-laki maupun perempuan.[12]
2.       Solusi Islam terhadap berbagai problem sosial
          Dibagian sebelumnya telah digambarkan bagaimnan sikap sekelompok mausia terhadap masalah sosial yang dihadapi. Masalah sosial memiliki bentuk yang sangat banyak, mulai dari masalah yang kecil yang barang kali mudah diatasi, sampai pada masalah yang besar yang sangat sulit bahkan tidak dapat diatsi. Masalh merupakan suatu keniscayaan, dalam arti tidak ada manusia yng luput dari masalah. Namun demikian masalah sosial dapat dieliminer dengan iman dan taqwa dengan meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari allah dan akan kembali kepada allah juga, akan memberikan sikap positif dalam menghadapi masalah, sehingga orang tersebut tidak akan berputus asa meskipun mengalami masalah yang silih berganti. Islam mengajarka bagaimana seharusnya menghadapi masalah sosial yang terjadi, seperti yang digambarkan dalam surah Al-Ashr berikut.

Surah Al-Ashr Ayat 1-3
وَالْعَصْر(١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣
Artinya:
1. Demi masa
2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Ayat di atas menggambarkan bahwa manusia akan merugi jika tidak melakukan perbuatan yang baik, serta tidak saling mengingatkan satu sama lain. Ayat ini menggambarkan bahwa potensi orang-orang beriman, menyadari bahwa allah memperhitungkan segala sesuatu, mengharuskan orang bertindak bijaksana dan hati-hati di setiap keadaan. Mereka mebuat keputusan paling tepat dan menemukan solusi terbaik. Mereka dapat memutuskan segala permasalahan dengan cepat tanpa terhalang apapun, karen mereka dituntun oleh moral terbaik, tanggungjawab, dan kemampuan berfikair yang diilhami oleh ajaran al-quran. “urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka.”



3.       Pandangan Islam tentang deviasi dan deferensiasi
          Islam mengetahui adanya perbedaan diantara manusia, namun menekankan pula pada adanya persamaan diantara perbedaan manusia tersebut. [13]Islam mengajarkan bahwa umat manusia dalah umat yang satu yang berasal dari keturunan yang satu, yang kemudian berkembang biak hingga melahirkan berbagai macam kelompok manusia yang berbeda warna dan budaya. Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 1 sebagai berikut.
Surah An-Nisa’ Ayat 1
ا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً  وَاتَّقُوا اللَّهَالَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا  ﴿النساء:١﴾
Artinya:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Ayat di atas menggambarkan bahwa pada dasarnya manusia merupakan satu jenis, dan memiliki banyak persamaan, karena manusia sama-sama diciptakan dari adam dan hawa yang tercipta dari saripati tin (tanah), namun dalam perkembangannya terjadi manusia cendrung menonjolkan perbedaan dari pada persamaannya.
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa memang allah ciptakan manusia itu memiliki perbedaan, baik dari jenis kelaminnya maupun suku bangsanya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang kemudian membuat mereka saling mengenal perbedaan masing-masing, namun tetap saling menghargai sesama manusia, seperti firman allah dalam surah Al-Hujurat ayat 13 berikut.
Al Hujurat Ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌالحجرات

Artinya :
 “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ayat-ayat di atas menggambarkan bahwa diferensiasi dapat memunculkan perselisihan (konflik) yang kemudian dapat meruncing pada perpecahan dan peperangan. Kemudian hal ini terjadi hendaknya masyarakat kembali kepada pedoman (kitab suci) yang telah diwahyukan kepada manusia melalui rasul-rasulnya.
4.       Teori partisipasi sosial dalam perspektif Islam
          Islam memerintahkan agar manusia berbuat baik kepada sesama, dalam surah An-Nisa’ ayat 36 manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua  orang tua, keluarga, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh,dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang dimiliki.
Surah An Nisa’ Ayat 36
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Dalama ayat tersebut islam mengajarkan umatnya untuk berpartisipasi dalam masyarakat, baik dalam bentuk bantuan materi seperti memberikan sejumllah uang dalam bentuk sedekah atau zakat kepada masyarakat yang mebutuhkan, ataupun dalam bentuk bantuan fisik (tenaga) dan bantuan fisikis seperti memberi nasehat, mengingatkan seseorang agar tidak melanggarkan larangan allah serta menjalankan perintah allah.
Penekanan terhadap partisipasi sosial dalam islam terlihat dari perintah untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka, seperti perintah allah dalam susrah At-Tahrim ayat 6 berikut.

Surah At- Tahrim Ayat 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, Q.S. A-Tahrim/66: 6
            Maksud ayat di atas bahwa memelihara diri dan keluarga dari neraka berarti berusaha agar diri sendiri dan keluarga berprilaku sesuai dengan aturan agama, yaitu islam. Memelihara diri dan keluarga dari api neraka merupakan wujud partisipasi diri individu sebagai anggota kelompoksosial yang ada, kaarena memelihara keluarga dari neraka berarti menganjurkan dan mengupayakan agar mereka selalu berbuat sesuai dengan norma dan aturan agama yang juga diberlakukan di masyarakat.
            Dalam islam digambarkan bahwa interaksi individu dengan lingkungan sosial menentukan bagaimana prilku individu tersebut sesuai dengan firman allah dalam surah AN-Nisa’ ayat 140 berikut.

Surat An-Nisa' Ayat 140

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Artinya:
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,
Ayat di atas mengisayaratkan adanya saling tiru, saling pengaruh mempengaruhi antar kelompok yang ada di masyarakat. Ketika individu berada dikelompok orang yang memperolok-olokan al-quran, dan menerima ide dan pemikiran mereka, dan mengadakan komunikasi yang intens dengan berkumpul dan bercengkrama dengan mereka, lalu kelamaan hal itu bisa menjadi individu tersebut memiliki sikap yang sama dengan kelompok mayoritas yang ada. Hal ini disebabkan karena manusia ketika dilahirkan telah memiliki potensi untuk berbuat baik atau berbuat jahat.


BAB III
PENUTUP


3.1.    KESIMPULAN
   Sains dan ilmu sosial merupakan unsur utama dalam kemajuan manusia. Sains tidak bertentangan dengan islam karena falsafah dan dasar-dasar teori serta formula yang dipakai oleh sains bersumber dari al-quran dan hadis. Al-quran dan hadis inilah yang menjadi asas utama bagi pengembangan sains dalam konteks islam. Sekalipun banyak para ilmuwan barat yang tidak percaya dengan islam maupun agama asal mereka yaitu kristen, namun dalam kehidupan mereka masih tidak dapat lepas dari agama.
Begitu juga pada ilmu sosial banyak orang yang belum mengetahui bahwa sangat banyak ayat-ayat al-quran yang menjelaskan tentang ilmu sosial, dimana al-quran sebagai pedoman hidup umat islam telah menggambarkan bahwa masalah sosial pasti terjadi sepanjang perjalanan hiup umat manusia, karena adanya perbedaan dalam diri manusia yang mungkin menjadi pemicu munculnya masalah tersebut.

3.2.    SARAN
Dengan adanya penyusunan makalah ayat al-quran sains dan ilmu sosial ini dapat dimanfaatkan oleh teman-teman semua, terutama digunakan untukkehidupan kita agar setiap melakukan suatu perbuatan berlandaskan dengan al-quran . Dalam arti luas sehingga kita semua bisa mendapatkan hasil yang baik nantinya sesuai dengan yang kita inginkan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini, Bapak Deprizon,M.Pdi selaku dosen pembimbing. Yang dalam penyusunan Makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik penyajian materi, kalimat, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna penyempurnaan penyusunan Makalah dimasa yang akan datang.
Demikianlah dalam penyusunan Makalah ayat-ayat al-quran tentang sains dan ilmu sosial ini yang sangat sederhana dan disusun sehingga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Hasan Jumin. 2012. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Ilyas dan Abu Bakar. 2008. Konsep Al-Quran tentang Lingkungan Hidup. Pekanbaru: Suska Press
Nata, Abuddin. 1998.  Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: RajaGrafindo

Nurdin, Ali. 2006. Quranic Society, Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-Quran. Jakarta: Erlangga
Salmaini, Yeli. 2012. Patologi Sosial (Suatu Pendekatan Integratif Islamik). Pekanbaru: Suska Press
Shihab,Umar. 2005. Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an . Jakarta: Penamadani



[1] Manna’ al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, mansyurat al-Ashr al-Hadits, hlm. 20. Dalam Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: RajaGrafindo, 1998), hlm. 54
[2] Subhi Ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (terjemahan) Tim Pustaka Firdaus dari judul asli Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Pustaka Firdaus, Jakarta, cet. II, 1991, hlm. 10. Dalam Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: RajaGrafindo, 1998), hlm. 51
[3] Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: AMZAH, 2007), hlm. 204
[4] Hans Wehr, A Dictonary of Modern Writtin Arabic, London, Otthoharrasowutz, 1971, Cet. III, hlm. 695, dalam Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: AMZAH, 2007), hlm.204
[5] Ilyas dan Abu Bakar, Konsep Al-Quran tentang Lingkungan Hidup, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hlm. 27
[6] Ibid, hlm. 28
[7] Ibid.

[8] Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm 11
[9] Ibid, hlm. 18
[10] Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, Darul Ma’rifah, Beirut, hlm. 31
[11] Ali Nurdin, Quranic Society, Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-Quran, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm 100-116,
[12] Al- Maraghi, Taafsir Al-Maraghi, juz 26, hlm 220
[13] Salmaini Yeli, Patologi Sosial (Suatu Pendekatan Integratif Islamik), (Pekanbaru: Suska Press, 2012), hlm. 70

Penulis : Syima

No comments:

Post a Comment

Adbox