.jpg)
Pengertian
ideologi atau definisi ideologi merupakan kegiatan yang secara serius
dilakukan dalam studi-studi politik. Sebab itu, ideologi adalah sebuah
konsep penting untuk dikaji di dalam Ilmu Politik. Konsep ideologi ini
banyak digunakan, terutama dalam literatur ilmu politik khususnya yang
berhubungan dengan masalah gerakan sosial dan globalisme politik. Dalam
salah satu risetnya, Kathleen Knight mengungkapkan bahwa penggunaan
istilah ideologi dalam artikel-artikel politik cenderung meningkat,
seperti terungkap pada grafik di bawah ini:
Dapat
diperhatikan, penggunaan oleh American Political Science Review (APSR)
meningkat, terutama dalam rentang 1946 hingga 1996. Bahkan, mulai tahun
1976 digunakan oleh lebih dari 50% artikel yang dibuat. Sementara
penggunaan istilah ideologi oleh artikel politik non APSR meningkat,
terutama sejak 1936 hingga 1966. Potret Indonesia
Istilah
ideologi terutama dilekatkan dengan aspek politik pemerintahan atau
gerakan politik suatu negara. Di Indonesia misalnya, Pancasila diakui
sebagai ideologi negara. Pancasila ini terdapat di dalam konstitusi (UUD
1945), tepatnya di dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila, sebab itu,
menjadi cara pandang bangsa Indonesia, baik terhadap diri, lingkungan,
negara, maupun dunia internasional. Sering kali, jika terjadi konflik
antarkelompok di dalam masyarakat, Pancasila dijadikan rujukan untuk
memperoleh titik temu. Sosialisasi Pancasila sebagai ideologi negara
secara aktif dilakukan pemerintah melalui aneka cara.
Pancasila
merupakan salah satu contoh dari ideologi yang hidup di dunia ini.
Pertanyaan yang layak diajukan lebih lanjut adalah, apa yang disebut
dengan ideologi ? Secara etimologis, ideologi berasal dari kata “ideo”
dan “logos”. Ideo berarti gagasan-gagasan, sementara logos adalah ilmu.
Jadi, secara etimologis (asal-usul bahasa) ideologi berarti ilmu tentang
gagasan-gagasan atau ilmu yang mempelajari asal-usul ide. Ada pula yang
menyatakan ideologi sebagai seperangkat gagasan dasar tentang kehidupan
dan masyarakat, misalnya pendapat yang bersifat agama ataupun politik.
Selain
makna etimologis, ideologi dapat dikatakan mengacu pada apa yang orang
pikir dan percaya mengenai masyarakat, kekuasaan, hak, tujuan kelompok,
yang kesemuanya menentukan jenis tindakan mereka. Ideologi berpengaruh
terhadap tindakan politik tertentu. Apa yang orang pikir dan percaya
mengenai masyarakat ini dapat berkisar pada bidang ekonomi, politik,
sosial, dan filosofis.
Definisi
yang biasa diberikan, menyebutkan bahwa ideologi adalah sistem gagasan
politik, yang dibangun untuk melakukan tindakan-tindakan politik seperti
misalnya memerintah suatu negara, melakukan gerakan sosial/politik,
partai politik, mengadakan revolusi, ataupun kontrarevolusi. Ideologi,
sebab itu, bercorak duniawi dalam artian ia diciptakan manusia untuk
memetakan kondisi sosial yang ada di lingkungannya. Peta yang melukiskan
realitas tersebut kemudian digunakan sebagai pedoman arah dalam
bertindak.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa ideologi pun dapat mengambil akar dari agama.
Misalnya liberalisme, yang banyak memperoleh inspirasi dari reformasi
agama Kristen yang dibawakan oleh Martin Luther abad ke-16. Meskipun
memiliki inspirasi dari agama, pada perkembangannya, liberalisme lebih
berfokus pada dimensi sekular, khususnya gagasan-gagasan mengenai
kemanusiaan, individualitas manusia, dan pembatasan kekuasaan negara
atas individu.
Contoh
lainnya adalah fundamentalisme agama yang dinyatakan memperoleh
inspirasi dari kita suci. Zionisme misalnya, menyatakan dirinya
berdasarkan janji Tuhan di dalam Taurat, bahwa Tanah Palestina adalah
Tanah yang Dijanjikan kepada bangsa Israel. Pada perkembangannya,
Zionisme kemudian menjadi ideologi sekular dan penuh muatan politik.
Selain
agama, ideologi pun ada yang berakar dari kondisi ekonomi. Cara
produksi manusia, penguasaan alat produksi, tujuan produksi, melahirkan
sejumlah ideologi seperti Kapitalisme dan Komunisme. Kedua ideologi
tersebut memiliki akar yang kuat dari kondisi ekonomi di Eropa tahun
1800-an.
Bagaimana
posisi ideologi di dalam sistem politik ? Ideologi menempati posisi
sebagai acuan tindakan dari kelompok sosial. Pemerintah, partai politik,
lembaga swadaya masyarakat, kelompok agama, kelompok kepentingan
(pengusaha, mahasiswa, militer), yang terkadang satu sama lain saling
bersinggungan. Persinggungan ini dapat dikatakan sebagai “konflik
ideologi.” Sebab, seperti akan kita telusuri nanti, masing-masing
ideologi memiliki karakteristik dan tujuannya masing-masing. Konflik
terjadi akibat persinggungan antara karakteristik dan tujuan ideologi
yang ada.
Tulisan
ini berusaha memaparkan serangkaian ideologi yang populer digunakan
dalam gerakan-gerakan politik di dunia. Sudut pandang tulisan ini adalah
memperlakukan aneka ideologi sebagai sistem gagasan manusia, yang layak
untuk dikritik dan diverifikasi.
Pengertian-pengertian Ideologi
Pengertian
ideologi amat bervariasi. Berbagai penulis dari aneka disiplin telah
menuliskan pengertian mereka mengenai ideologi. Tentu saja, mereka
memiliki tingkat kebenaran sendiri sesuai dengan cakupan disiplin
keilmuwannya. Dari mana pengertian ideologi berasal ? Kathleen Knight
menyatakan bahwa istilah idelogi pertama kali dipopulerkan oleh Count
Antoine Destutt de Tracy dalam karyanya Elements d’Ideologie yang terbit
di Perancis pada era Napoleon tahun 1817. Pada perkembangannya,
ideologi mulai banyak diteliti dan digunakan sebagai “modal” perjuangan
politik.
Terry
Eagleton dalam bukunya Ideology: An Introduction merangkum
pengertian-pengertian ideologi yang biasa digunakan para penulis politik
sebagai berikut:
1. proses penggunaan alat produksi yang dimaknai sebagai simbol dan nilai-nilai dalam kehidupan sosial;
2. seperangkat gagasan yang mencirikan kelompok atau kelas sosial tertentu;
3. gagasan yang digunakan untuk melegitimasi kekuasaan politik dominan;
4. kesadaran palsu yang digunakan untuk melegitimasi kekuasaan politik dominan;
5. komunikasi yang didistorsikan secara sistematis;
6. sesuatu yang menawarkan posisi tertentu bagi seseorang;
7. bentuk pemikiran yang muncul akibat adanya kepentingan sosial;
8. berpikir secara identitas;
9. ilusi yang penting secara sosial;
10. pertemuan antara wacana dengan kekuasaan;
11. suatu medium dalam mana para pelaku sosial memahami keberadaan mereka;
12. seperangkat kepercayaan yang diorientasikan kepada tindakan;
13. suatu proses dengan mana kehidupan sosial dikonversikan ke dalam kenyataan alamiah.
Pengertian-pengertian
yang diberikan Terry Eagleton di atas melingkupi aspek-aspek proses
sosial, identitas kelompok, dan ekonomis.
Selain Terry Eagleton, penulis lain seperti Helmut Dahm menjelaskan 3 pengertian ideologi yaitu:
1. ekspresi dari pemikiran yang dogmatis (refleksi atas kenyataan yang telah didistorsikan);
2. doktrin tentang pandangan dunia (misalnya ideologi proletariat); dan
3. sebagai ilmu pengetahuan (misalnya sosialisme ilmiah).
Studi Dahm ditujukan saat menulis tentang posisi ideologi dalam pemerintahan Uni Sovyet.
Pengertian
ideologi lainnya diajukan oleh Teun A. van Dijk dalam studi mengenai
analisis wacana. Dijk menyatakan bahwa “… ideologi adalah sebuah sistem
yang merupakan basis pengetahuan sosio-politik suatu kelompok. Sebab
itu, ideologi mampu mengorganisir perilaku kelompok yang terdiri atas
opini menyeluruh yang tersusun secara skematis seputar isu-isu sosial
yang relevan seperti aborsi, enerji nuklir ataupun affirmative action."
Bagi Dijk, istilah organisasi dapat digunakan guna menjelaskan
ideologi-ideologi post-materialism seperti feminism, environmentalism,
racism, dan sebagainya.
Skema Pembentukan Ideologi
Setelah
memaparkan sejumlah pengertian ideologi dari beberapa penulis, perlu
kiranya penulis mengajukan definisi operasional dari ideologi itu
sendiri. Pengertian ideologi yang digunakan dalam tulisan ini adalah:
Pemetaan realitas sosial oleh individu yang digunakan untuk menggerakkan
kelompok atau masyarakat guna mengubah kondisi nyata seperti apa yang
dinyatakan di dalam muatan ideologi. Untuk mempermudah pemahaman kita
mengenai ideologi, baiklah digambarkan peta pengertian ideologi yang
digunakan di dalam tulisan ini.
Perhatikan gambar berikut ini:
Penjelasan.
Terdapat kondisi nyata seputar agama, sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Kondisi-kondisi tersebut (seluruhnya atau beberapa) diserap oleh
individu. Individu yang memperhatikan ini memiliki dimensi
ideosinkretik (latar belakang) ras/etnik, status sosial, status ekonomi,
agama, budaya, aliran politik, pendidikan, dan pergaulan tertentu.
Dimensi ideosinkretik ini mempengaruhi pemetaan yang ia lakukan terhadap
kondisi-kondisi nyata tersebut. Pemetaan hasil pemikiran individu
tersebut melahirkan apa yang disebut ideologi. Lalu, ideologi ini
disebarkan si individu, terutama kepada kelompok dan masyarakat yang
mendukung atau berpotensi untuk digerakkan oleh ideologi tersebut.
Ideologi ini digunakan untuk mengubah kondisi nyata sesuai tujuan dari
ideologi yang bersangkutan.
Ideologi-ideologi Kontemporer
Ideologi
yang bermunculan cukup banyak, dan ini diakibatkan bervariasinya
kenyataan dan individu yang menerjemahkannya ke dalam ideologi yang
dicetuskannya. Namun, untuk kebutuhan tulisan ini akan dicukupkan pada
beberapa ideologi yang bersifat “mainstream”. Dari ideologi-ideologi
tersebut, dapat diturunkan varian-variannya.
Kapitalisme
Secara
bahasa, kapitalisme adalah paham tentang kapital (modal). Jika
dikembangkan lebih lanjut, maka Kapitalisme berarti paham ekonomi yang
didasarkan pada penginvestasian uang dalam rangka menghasilkan uang.
Kapital tidak harus berupa uang, tetapi aset-aset lain (misalnya tanah,
bangunan, kendaraan) yang bisa diinvestasikan untuk menghasilkan uang.
Uang yang dihasilkan dari investasi tersebut kembali digunakan untuk
investasi untuk menghasilkan uang.
Kapitalisme
terdiri atas 3 varian, yaitu Kapitalisme Pedagang, Kapitalisme
Produksi, dan Kapitalisme Finansial. Kapitalisme Pedagang (Merchant
Capitalism) termasuk jenis Kapitalisme yang paling tua. Kapitalis
(pelaku permodalan) menginvestasikan hartanya untuk mencari barang yang
langka dan memiliki keuntungan jika diperdagangkan. Investasi tidak
harus berupa uang, melainkan dapat termasuk kendaraan, barang kebutuhan
primer, barang berharga, dan sejenisnya. Kapitalisme Pedagang menuntut
pembukaan pasar yang nantinya akan dilakukan monopoli atasnya.
Kapitalisme
Produksi (Production Capitalism) dilakukan oleh Kapitalis yang memiliki
alat dan cara produksi. Bentuk yang paling dikenal adalah “pabrik.”
Pabrik digunakan untuk memproduksi barang tertentu, untuk kemudian
dipasarkan. Untuk memproduksi barang, pemilik pabrik membutuhkan pekerja
(labor). Labor ini sekaligus juga konsumen dari barang yang mereka
produksi. Barang yang dihasilkan ditukar dengan uang di “pasar”
(market). Keuntungan dari penjualan digunakan Kapitalis untuk
diinvestasikan ke dalam pabriknya, ataupun pada kegiatan lain. Uang,
cara produksi, alat produksi, pasar, profit, dan uang, adalah
konsep-konsep kunci untuk menganalisis Kapitalisme Produksi ini.
Kapitalisme
Keuangan (Financial Capitalism) merupakan bentuk terbaru dari
Kapitalisme. Dalam Kapitalisme Keuangan, modal diinvestasikan bukan ke
dalam bentuk barang, tenaga kerja, atau pabrik. Uang diinvestasikan ke
dalam sellisih uang. Komoditas produksi Kapitalisme Keuangan adalah
saham dan nilai tukar uang (valuta). Pasar dalam kegiatan Kapitalisme
Keuangan adalah “bursa efek.” Kapitalisme Keuangan inilah yang kerap
menciptakan devaluasi (penurunan) nilai mata uang dunia.
Sosialisme
Sosialisme
tumbuh sebagai kritik atas Kapitalisme, khusnya Kapitalisme Produksi.
Menurut Michael Newmann, Sosialisme adalah ideologi yang minimal
ditandai oleh : (1) komitmennya untuk menciptakan masyarakat yang
egalitarian (sama); (2) Seperangkat kepercayaan bahwa orang bisa
membangun sistem egalitarian alternatif yang didasarkan pada nilai-nilai
solidaritas dan kerjasama; (3) pandangan yang optimistik yang memandang
manusia dan kemampuannya dapat bekerja sama antara satu dengan lainnya,
dan (4) keyakinan bahwa adalah mungkin untuk membuat perubahan secara
nyata di dunia ini melalui agen-agen yang terdiri atas mereka-mereka
yang sadar.
Sosialisme,
sama seperti Kapitalisme, memiliki “pecahan.” Sosialisme sendiri adalah
konsep induk dari ideologi-ideologi yang muncul kemudian, di mana satu
sama lain kerap bertolak belakang dalam kegiatannya. Ideologi-ideologi
tersebut adalah Sosialisme Utopia, Marxisme, Komunisme, Anarkisme,
Sosial Demokrasi, dan sejenisnya.
Liberalisme
Liberalisme
berkembang sejalan dengan Kapitalisme. Perbedaannya, Kapitalisme
berdasarkan determinisme Ekonomi, sementara Liberalisme tidak semata
didasarkan pada ekonomi melainkan juga filsafat, agama, dan kemanusiaan.
J. Salwyn Schapiro menyatakan bahwa Liberalisme adalah “… perilaku
berpikir terhadap masalah hidup dan kehidupan yang menekankan pada
nilai-nilai kemerdekaan individu, minoritas, dan bangsa.”
Lebih
lanjut, Schapiro menjelaskan serangkaian prinsip dari Liberalisme yaitu
: (1) keyakinan mengenai pentingnya kemerdekaan untuk mencapai setiap
tujuan yang diharapkan; (2) semua manusia memiliki hak-hak yang sama di
depan hukum yang dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil; (3) tujuan utama
dari setiap pemerintahan adalah mempertahankan kebebasan, persamaan, dan
keaman dari semua warga negara; (4) adanya kebebasan berpikir dan
berekspresi; (5) liberalisme yakin akan adanya kebenaran yang obyektif,
bisa ditemukan melalui kegiatan berpikir menurut metode riset,
eksperimen, dan verifikasi; (6) agama merupakan hal yang harus
ditoleransi; (7) liberalisme berpandangan dinamis mengenai dunia, dan;
(8) kaum liberal adalah mereka yang idealis (hendak mencapai tujuan)
melalui praktek-praktek yang dipertimbangkan.
Liberalisme
terutama berkembang di Inggris, terutama sejak Glorious Revolution, di
mana Kekuasaan Monarki Absolut Inggris dibatasi. Tokoh liberalisme
adalah John Locke dan John Stuart Mill. Locke melalui karyanya Two
Treatises of Government mensyaratkan tujuan pemerintahan untuk
melindungi hak milik yang diperintah. Sementara John Stuart Mill melalui
karyanya On Liberty, yang mengawali sistem demokrasi dengan mekanisme
suara terbanyak.
Neoliberalisme
Pada
perkembangannya, ideologi Liberalisme terpecah. Satu lebih mendekati
Sosialisme, dan lainnya mendekati kapitalisme (ekonomi). Neoliberalisme
adalah pecahan ideologi Liberalisme yang mendekati kapitalisme,
sementara yang mendekati sosialisme disebut sebagai New Liberalism
(Liberalisme Baru). Ideologi Neoliberalisme ini yang dituding
menunggangi aksi militer Amerika Serikat dan sekutunya di Timur Tengah
dan Asia Selatan.
Neoliberalisme
adalah cara pandang kebijakan yang menekankan pada kebutuhan untuk
adanya kompetisi pasar yang bebas (free market competition). Liberalisme
sekaligus merupakan ideologi (seperangkat gagasan yang terorganisir)
dan praktek (seperangkat kebijakan). Beberapa prinsip Neoliberalisme
adalah:
§ keyakinan bahwa perkembangan ekonomi yang berkelanjutan adalah penting untuk mencapai kemajuan umat manusia,
§ kepercayaan diri bahwa pasar bebas adalah tempat alokasi sumber daya yang paling efektif;
§ penekanannya pada peran minimal intervensi negara dalam hubungan sosial dan ekonomi, dan
§ komitmennya pada kemerdekaan perdagangan dan permodalan.
§ Neo
Liberalisme kerap dikaitkan dengan globalisasi, yang mengindikasi
penguatan dalam arus modal dan perdagangan dunia. Ini mengakibatkan
beralihkan perimbangan kekuasaan dari negara kepada pasar. Pemerintah
pada titik ini memiliki sedikit pilihan, dan memutuskan untuk mengadopsi
kebijakan Neoliberal dalam rangka mencapai daya saing ekonomi.
Neoliberal,
sebab itu, memberi kepercayaan yang demikian besar kepada
perusahan-perusahan untuk berinvestasi dan “memperluas” usaha. Dampak
dari kebijakan Neoliberal adalah, negara yang tidak memiliki daya saing
ekonomi akan tunduk pada pemodal dari negara lain. Kondisi ini kemudian
menciptakan ketergantungan dan kemiskinan di negara tanpa daya saing
tersebut.
Fundamentalisme
Jika
sosialisme, liberalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme menekankan
pada aspek pemikiran sekular, maka fundamentalisme menekankan pada aspek
non-sekular. Kerap kali fundamentalisme tidak saja terjadi di dalam
kelompok Islam melainkan juga di kelompok-kelompok Kristen dan Yahudi.
Fundamentalisme
dari kelompok agama muncul akibat semakin duniawinya pola hidup
masyarakat, kegagalan kapitalisme dan liberalisme dalam menciptakan
keadilan sosial, dan ancaman-ancaman modernisasi yang semakin mendesak
kehidupan beragama.
Fundamentalisme
dalam kelompok Islam dapat disebutkan Ikhwan al-Muslimin, berdiri di
Mesir tahun 1924. Pendirinya, Hasan al-Banna adalah seorang guru
sekolah. Ikhwan al-Muslimin mendominasi pemikiran politik Sunni di
sepanjang era 1970-an dan 1980-an di Mesir, Sudan, Syria, dan Yordania.
Kelompok yang mewakili Syiah adalah Fadayan-I Islam, yang berdiri tahun
1940-an di Iran. Kelompok ini didirikan oleh Navab Safavi dan mengalami
pelarangan oleh pemerintah Shah Irah tahun 1956. Fadayan-I Islam kembali
bangkit pasca keberhasilan Revolusi Islam Iran di bawah pimpinan
Ayatollah Khalkhali.
Pemikiran-pemikian
kelompok di atas banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh seperti Sayyid
Qutb (1906-1966), Abul A’la al-Mawdudi (1903-1979). Mawdudi ini kemudian
berhasil mendirikan Jama’ah Islamiyah tahun 1972. Basis gerakan Jama’ah
Islamiyah adalah di Pakistan, di mana kelompok ini berusaha mengubah
sistem politik Pakistan menjadi Sistem Politik Islam. Bimbingan
pemerintahan Islam yang akan dilangsungkan di Pakistan memiliki kerangka
teoretis di dalam karya Mawdudi, Khilafah dan Kerajaan.
Ayatullah
Ruhollah Khomeini merupakan pemimpin fundamentalis Syiah di Iran. Ia
berhasil memimpin Revolusi Islam Iran tahun 1979 dan menggulingkan
kekuasaan Shah Iran. Khomeini kemudian mendidirikan pemerintahan Islam
yang didasarkan atas Syiah Itsna Asy’ariyah (Syiah Imam Dua Belas).
Sementara Imam ke-12 (Al Mahdi Al Muntazzar) masih dalam kondisi ghaib,
pemerintahan sementara dipegang oleh Wilayatul Faqih. Wilayatul Faqih
adalah pemerintahan yang dianggotai para Ulama Syiah dan memiliki
kekuasaan tertinggi di dalam pemerintahan sehari-hari.
Fundamentalisme
kelompok-kelompok Kristen dapat ditelusuri hingga ke saat Pasca Civil
War (akhir 1800-an). Kelompok-kelompok Kristen di Amerika Serikat merasa
mendapat ancaman terhadap doktrin beragama setelah mewabahnya imigrasi,
industrialisasi, Darwinisme, dan sosialisme. Pada tahun 1960-an, para
pengkhotbah dari kelompok fundamentalis mulai tampil di
televisi-televisi, dan mereka bicara isu-isu politik.
Salah
satu kelompok fundamentalis Kristen yang terkemuka adalah Moral
Majority, didirikan di Amerika Serikat tahun 1979 oleh Reverend Jerry
Falwell. Isu-isu yang dikembangkan kelompok ini adalah anti-aborsi,
mendirikan rumah bagi orang-orang miskin, sakit, dan rehabilitasi
pecandu alkohol. Mereka juga menekan pemerintah untuk menerbitkan
undang-undang pelarangan judi, pornografi, prostitusi, dan melarang
kerja pada hari Minggu. Kelompok fundamentalis Kristen secara keras
menolak pengajaran Darwinisme di sekolah-sekolah, oleh sebab
bertentangan dengan ajaran kitab suci yang menekankan pada
Kreasionisme.
Fundamentalis
kelompok Yahudi diwakili Zion (orangnya Zionis). Gerakan mereka adalah
mendirikan negara Yahudi di Palestina, yang menurut Talmud adalah Tanah
yang Dijanjikan Tuhan kepada bangsa Yahudi. Tokoh Zion adalah Theodore
Herzl, seorang Yahudi yang hidup di Basel, Swiss, yang mendirikan Zion
tahun 1918. Tahun 1948, Zion berhasil mendirikan negara Yahudi di
Palestina lewat bantuan Inggris.
Kelompok
fundamentalis Yahudi semakin kuat setelah Perang 6 Hari pada tahun
1967. Perang antara Israel melawan aliansi Mesir, Yordania, dan Suriah
ini dimenangkan oleh Israel. Israel berhasil menguasai wilayah
Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir, Dataran Tinggi Golan dari
Suriah, dan Tepi Barat juga Yerusalem Timur dari Yordania.
Sementara
Zion kemudian terpecah ke dalam 2 partai : Partai Likud dan Partai
Buruh. Partai Buruh ini lebih moderat dan mulai membicarakan kemerdekaan
Palestina serta mengembalikan wilayah yang direbut dalam Perang 6 Hari.
Sementara itu, Partai Likud pun terpecah ke dalam partai-partai
fundamentalis yang lebih keras. Contoh dari partai-partai tersebut
adalah Partai Morasha dan Partai Kach. Partai Kach ini dimotori oleh
Rabbi Meir Kahane, bersifat violence, dengan tujuan mengusir seluruh
orang Palestina dari Tanah Israel. Namun, Partai Kach bersifat minoritas
di Israel, tetapi sangat agresif.
No comments:
Post a Comment