Izinkan
saya berzina dengan anak Bapak!!! Suatu hari sepasang muda-mudi akan
pergi untukberjalan-jalan. Setibanya pemuda di rumah orang tua sang
gadis untuk menjemputnya.
Gadis: Masuk dulu ya, bertemu sama ayah
Pemuda
: Boleh kah? Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu. Masuklah sang
pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan
kedatangan si pemuda. Pemuda : Assalamualaikum.
Ayah
Gadis : waalaikumussalam! Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, si
pemuda kaku membatu. Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan
itu. Entah apa yang dipikirkannya.
Gadis : Mari, silahkan duduk
Pemuda : eh.,iyaa
Setelah
mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang
hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’
antara mereka.
Ayah Gadis : hendak jalan kemana hari ini?
Pemuda : ke Kota saja Pak, dia mau mencari barang katanya. entah barang apa saya tidak tahu.
Ayah
Gadis : oh.. Pemuda : . . . Hampir 5 menit suasana senyap tanpa suara.
Dan ibu si gadis keluar dari ruang belakang membawa air dan kue kering.
Si Pemuda pun tersenyum manis.
Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?
Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.
Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami. Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe
Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?
Ibu Gadis : eh, ayah ini?
Pemuda : hmm. Saya belum memiliki banyak uang Pak. Hehe
Ayah Gadis : kamu bawa anak kami kesana-kemari. Apa orang kata nanti?
Pemuda:
(sebenarnya Malu dengan orang lain, serta malu dengan Allah). Setiap
kami pergi kami selalu naik mobil Pak, tidak pernah berdekatan apalagi
sampai bergandeng tangan. Oh iya, bisa saya tanya sedikit Pak?
Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!
Pemuda : bapak dan ibu ingin saya menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?
Ibu Gadis : kalau bisa Rp.20.000.000,-
Ayah Gadis : ehh, tapi kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis.
Pemuda : Maaf, Berapa itu Bu?
Ayah Gadis : Rp.40.000.000,- syukur-syukur bisa lebih
Pemuda
: (Ya Allah, whhooa.. Rp.40.000.000,- darimana saya dapat uang sebanyak
itu, aduh) Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat
acara sederhana saja. Cukup mengudang keluarga, saudara dan tetangga
dekat?
Ayah
Gadis : itu nasib kamu nak, kamu yang akan menikahi anak kami. Lagipula
dialah satu-satunya anak perempuan kami. Si Pemuda pun hampir hilang
akal ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu. Dan si Pemuda mencoba
kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.
Pemuda : Boleh saya bertanya lagi, apakah anak bapak pandai memasak?
Ayah
Gadis : hmm,.boro-boro. Bangun tidur saja jam 10 lebih, bukan bangun
pagi lagi itu. Habis bangun terus langsung makan siang.
Ibu Gadis : Apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.
Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.
Ibu Gadis : ih ayah ini!
Pemuda: (bengong) Ehh.. iya cukup pak, sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi, bisa kah dia membaca Qur’an?
Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok
Pemuda : belajar dengan maknanya?
Ibu Gadis : mungkin.
Pemuda : hmm.
Ibu Gadis : kenapa?
Pemuda : Oh, tidak apa – apa bu. Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?
Ayah Gadis : Apa maksud kamu tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.
Pemuda
: Setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang
datang bulan. Sedikit – sedikit datang bulan. Saya jadi bingung,
sebenarnya dia bisa sholat tidak. Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada
wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.
Pemuda
: Boleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak
bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. Sebelum dia menjadi
istri saya, dosa-dosanya juga akan menjadi dosa bapak dan ibu. Lagipula
tak pantas rasanya dia dihargai Rp.40.000.000,-. Kecuali dia hafidz
Qur’an 30 juz dalam kepala, pandai menjaga aurat, diri, dan
batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya
usahakan untuk membayar. Tapi jika segala sesuatunya tidak harus dibayar
mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal ? Seperti halnya
mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar.
Mata
ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam
tanpa suara. Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat
menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati menunjukkan
kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, terutama pada
pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua
membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias dan dibuat
pertunjukkan di muka umum. Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh
suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai ditanggung oleh si suami.
Ayah
Gadis : tapi kan, ayah hanya ingin anak ayah merasakan sedikit
kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.
Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?
Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun turut gembira.
Pemuda
: sungguh demikian ? boleh saya sambung lagi? bapak, ibu.. saya
bukanlah siapa – siapa. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang
tanggung. Esok lusa setelah akad nikah terus dosa dia saya yang
tanggung. Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di
pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantiknya
dengan make up dan baju paling mahal, di hadapan ratusan undangan agar
kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan
mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam kehidupan
sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa
berlebih-lebihan.
Ibu
si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari
pembicaraan itu. Si ibu tahu, si pemuda berbicara menggunakan fakta
islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si pemuda itu.
Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?
Pemuda
: ehh. maaf pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama.
Tapi itulah hakikat. Terkadang kita terlalu memandang pada adat sampai
lupa agama.
Ayah
Gadis : sudah lah. Kamu sediakan Rp.40.000.000,- kemudian kita
bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa kimpoi dengan
anak ku!
Pemuda
: Semakin lama lah hal itu. Mungkin di umur saya 30 atau lebih, saya
baru bisa mengumpulkan uang tersebut dan bisa masuk meminang anak bapak.
Baiklah, .kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan
saya berzina dengan anak bapak’?
Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.
Pemuda
: dengar dulu penjelasan saya pak. Apa bapak tahu alas an orang berzina
dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal
seperti ini lah pak. Selalu saja orang tua perempuan menempatkan puluhan
juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan
dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan
untuk menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik,
setan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia. Terlebih di
zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya tidak seperti zaman bapak
dan ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas memuaskan nafsu
serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak,
pegang-pegangan tangan, saling memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin
lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu bapak sendiri pun bisa
membayangkan.
Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula !?
Pemuda
: Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya.
Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta
uang dulu baru bisa menikah. kami hendak melepaskan nafsu bagaimana pak?
setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia
meminta saya menengoknya, semakin cinta saling melepas rasa rindu. Susah
pak, itu Nafsu yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan
rendah hati meminta izin pada bapak untuk berzina dengan anak bapak.
Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina.
Sebab rata-rata orang yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak.
Kelihatannya pemuda -pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja padahal
sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang
menganggap hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang
ehem-ehem saja. Ada zina-zina ringan, zina mata, zina lidah, zina
telinga dll. Tapi sebab hal ringan itu lah yang akan menjadi berat.
Ayah
Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu
bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang.
Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia
makan??
Pemuda
: hehe. Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada
kita. “Dan menikahlah orang-orang bujang (pria dan perempuan) dari
kalangan kamu, dan orang-orang yang sholeh dari hamba-hamba kamu, pria
dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka.
sesungguhnya karunia Allah Maha luas (rahmat dan karunianya), lagi Maha
Mengetahui.” (An Nur 32). Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah
janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah lah menjadi muda. Masalah datangnya
harta, selagi kita terus berusaha itu adalah Rahmat-Nya yang sudah
ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya. Lagipula pak, kalau makan dan
minum itu Insya Allah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal
bisa kita bicarakan lagi. Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari
melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan.Bapak
pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.
Bapak
si Gadis Diam tanpa kata, merenung kata – kata si pemuda, berusaha
memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda. Dan ayah si gadis
mendapat akal.
Ayah
Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu.
Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang mewah, Bapak
bisa terima. Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang
katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa
menikah dengan kamu. Mau ditaruh dimana muka ini.
Pemuda
: bagus juga pikiran bapak itu. Kalau ‘kecelakaan’ mana mau saya
menikahi anak bapak. Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang
zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan. Kalau
bapak memaksa ya sudah. Bisa ikut nikah masal kan bagus juga bisa
berhemat tapi tetap ramai.
Ayah Gadis : serius lah nak!
Pemuda
: begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan
mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak
mengatakan tidak ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap
perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam. Saya bukan
hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha
baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele
seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya dengan
apa yang telah Allah janjikan. Saya benar-benar minta maaf kalau ada
kata-kata saya yang membuat bapak tidak senag terhadap saya. Tidak juga
bermaksud tidak takdzim dengan bapak dan ibu. Segalanya kita serahkan
pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.
Azan
dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si
gadis. Si pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si untuk
pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda
memberi salam dan memohon untuk keluar. Di pinggir jendela tua si gadis
melihat si pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di
pakainya. Lalu masuk mobil dan hilang dari penglihatan si gadis tadi.
Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya
meneteskan air mata mendengar curahan kata-kata si pemuda terhadap
ayahnya.
Kerudung
lebar pemberian si pemuda sebagai hadiah padanya yang lalu digenggam
erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku
anaknya. Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu menghadap ayahnya.
Ibu
Gadis : Apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah
memperhatikan syariat-syariat ringan agama selama ni. Terlalu melihat
dunia, adat dan apa kata orang. Padahal mereka tak pernah juga peduli
pada kita.
Ayah
Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu keras yang anak itu
katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur
dia jemput kamu.
Gadis
: sudah tidak ada semangat untuk pergi ayah. Kemudian si gadis
menggapai telepon genggamnya dan mengetik pesan. Si Pemuda yang selesai
mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima
dari si gadis,
“Andai
Allah telah memilih dirimu untukku, aku ridho dan akan terus bersama
mu, apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki, aku juga akan
terus pada agama yang ada padamu. Siang ini ga ada mood untuk keluar,
maaf. Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke
rumah.“
***
Terkadang kisah seperti diatas masih saja sering terjadi. Wahai kalian
pemuda dan pemudi yang dirahmati Allah, jika kalian merasa telah mampu
dan yakin untuk menikah. maka segerakanlah. Sungguh- sungguh merugi
orang yang menunda-nunda terhadap rahmatnya Allah
No comments:
Post a Comment